Sepuluh

29 3 0
                                    

7 Kafe dan 8 Restoran yang telah ia kunjungi dan semuanya menolak. Beragam alasan membuat Shelyf hampir putus asa. Mereka mengatakan lebih baik Shelyf pergi ke Sekolah dan belajar dengan lebih giat lagi, ada juga yang mengatakan bahwa Shelyf tak cukup ilmu untuk melayani Pelanggan dengan baik, yang ada nantinya Shelyf akan membuat kerusuhan di tempat kerja dengan memecahkan banyak piring dan gelas dan hal itu akan sangat merugikan Restoran. Dari 15 tempat berbeda tersebut, Shelyf bertemu dengan orang-orang yang berbeda baik dari segi usia maupun sikap. Ada orang yang sudah matang umurnya, tapi bersifat seolah anak-anak dengan mengatakan banyak hinaan pada Shelyf. Ada juga yang usianya masih muda, berkisar antara 24 keatas tapi sangat matang pikirannya. Dia tak hanya memberi penolakan pada Shelyf tapi beberapa ilmu dan nasihat-nasihat baik yang berkesan bagi Shelyf. Hari ini Pengalaman tak ternilai banyak ia dapatkan. Dan Shelyf rasa, kini ia lebih dalam berkenalan dengan hidupnya. Ternyata mencari uang itu tak mudah dan butuh beberapa usaha keras untuk mendapatkannya.

Walau kakinya telah sangat lelah untuk menyusuri jalanan dan malam telah menenggelamkan keringatnya menjadi sebuah kedinginan, Shelyf belum ingin menyerah. Masih banyak hal yang akan ia temui jika saja ia masih mau terus berusaha. Gadis itu mendapati dirinya sendiri dalam kelelahan hebat kini.

Sudah pukul 20.30 dan belum satu tempat-pun yang menerima Shelyf untuk bekerja. Rasanya air mata itu telah sampai di ujung pelupuknya. Flatshoes kaku itu membuat pergelangan kakinya memerah dan perih. Shelyf dengan tertatih-tatih berjalan ke samping trotoar dan duduk untuk melepaskan lelah itu sejenak. Shelyf menggigit bibir bagian bawahnya untuk mengalihkan rasa sakit itu. Air mata itu tak tertahankan lagi, entah karena alasan yang mana ia menangis tapi rasanya air mata itu mengalir begitu saja. Cahaya bulan malam yang menerangi malam ini tak lagi membuatnya tenang. Hidup memang seberat ini jika kita sendirian dan merasa lemah. Shelyf menenggelamkan wajahnya pada telungkupan kedua tangannya. Masih banyak hal yang harus ia cari, temukan kemudian pelajari. Mungkin, lima atau sepuluh menit menenangkan diri di pinggir jalanan ini akan mengembalikan semangatnya lagi.

Shelyf menutup wajahnya tapi air mata itu tak henti-hentinya mengalir. Shelyf kini benar-benar sendiri, tak ada yang menolongnya. Shelyf kemudian mengeluarkan tissue dari dalam tasnya. Tissue itu kemudian ia lipat dan ia gunakan untuk mengganjal pergelangan kakinya yang berdarah. Langkahnya belum usai saat ia melihat di seberang jalan sana ada sebuah Toko Kue yang masih buka. Shelyf berusaha menyeberangi jalan yang lumayan ramai tersebut. Kakinya memang masih sama sakitnya dengan tadi, tapi setidaknya rasa sakit itu masih bisa ia tahan.

Shelyf berjalan dengan tertatih-tatih mendekati Toko Kue tersebut. Shelyf menatap jendela lebar itu, lalu secuil senyum dari bibir pucatnya menghangatkan dinginnya malam ini. Ada brosur besar yang tertempel di jendela itu, brosur tentang Pencarian Pekerja baru membuat kakinya dengan berani memasuki Toko Kue tersebut.

Keberanian itu kemudian menuntunnya bertemu dengan Sang Manajer yang usinya tak jauh darinya. Dengan ramah wanita itu menyambut Shelyf. Sesi wawancara itu terlewati dengan suasana cair. Manajer Toko Kue ini sangat mudah sekali untuk akrab dengan Shelyf. Dan rasanya, lelah itu kini terbayar sudah karena ternyata Shelyf diterima bekerja disini sebagai Pelayan . Shelyf bisa mulai bekerja esok, sepulang sekolah ia bisa langsung kemari untuk memulai kegiatan barunya.

Toko kue itu ternyata bukan Toko kue biasa, tempat ini juga merangkap menjadi kafe yang lumayan besar. Namanya Flower's Bakery. Saat menatap meja kasir, matanya disambut dengan lemari kaca transparan yang di isi oleh berbagai roti dan brownies yang nikmat. Seorang kasir wanita berjaga disana dan dengan senyum ramahnya yang selalu terukir seolah siap menyambut para pelanggan yang datang. Disebelah meja kasir terdapat meja khusus Barista yang dengan kepulan asap dan dengan kesibukannya yang khas, seorang Barista meracik kopi dengan serius. Matanya menyoroti setiap kepulan asap yang keluar dari perpaduan antara Susu, Air panas dan kopi hitam murni. Beberapa kali dia menghirup dengan hati-hati kopi yang telah jadi, dan seolah dalam hirupan itu terdapat rasa yang tercetak, Barista itu menambahkan sedikit gula dalam kopi saat menyadari seolah ada yang kurang dengan hanya menghirup aromanya saja. Interior kafe sekaligus Bakery ini tak jauh berbeda dari Kafe pada umunya. Ada gambar berbagai kartun lucu yang sedang menyesap kopi, gambar kepingan Pancake dan tentu saja kata-kata bijak yang menyegarkan pikiran. Walau di beberapa bagian, interior Kafe ini identik dengan seni rupa dan lukisan-lukisan bertema dekorarif yang indah. Tapi tetap saja Kafe ini begitu indah jika dijadikan sebagai tempat berfoto ria bersama orang-orang tersayang.

It's Better If You Don't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang