Dua Puluh Delapan

19 2 0
                                    

Shelyf menghela nafas dengan cukup keras,
Ditatapnya Abu yang masih memakan coklat yang biasanya orang misterius itu berikan setiap paginya. Sudah satu bulan lebih berlalu, coklat dan bunga itu masih ia dapatkan setiap harinya. Shelyf belum mengetahui pasti siapa orang yang rela menuliskan surat cinta, membeli coklat dan bunga untuknya lalu datang pagi buta untuk menaruhnya di atas bangku Shelyf. Dan sejak beberapa Minggu juga, Coklat itu ia berikan kepada Abu, Abu juga memuji kebaikan hatinya dan mengatakan bahwa andaikan saja Shelyf mau memberikan coklat itu padanya setiap pagi, mungkin dirinya akan lebih semangat lagi dalam bersekolah. Sementara bunganya ia bawa pulang dan ia rawat sampai kelopaknya berguguran sedemikian rupa dengan sendirinya. Dia telah berjanji tidak akan memakan barang secuil coklat itu sampai menemukan siapa orang yang memberinya.

Shelyf menatap surat yang pagi ini hadir. Susunan huruf itu sama rapinya dengan bait-bait surat cinta yang akhir-akhir ini ia terima. Dia pikir akan sangat mudah menemukan siapa orang itu hanya dengan berangkat lebih pagi dan menjadi yang paling pagi dari siapapun untuk sampai di sekolah, tapi nyatanya tidak semudah itu. Sepagi apapun dia tiba di sekolah, coklat itu telah terbaring bersama bunga dan surat yang terikat bersamanya di atas meja.

Dear : Shelyf

How long Will i love you
As long as stars are above you
And longer if I can
How long will I need you
As long as the seasons need to
Follow their plan
How long will I be with you
As long as the sea is bound to
Wash upon the sand

Itu sebuah penggalan dari lirik lagu yang biasanya Rachel nyanyikan di kelas. Dan inisial itu ternyata hanyalah sesuatu yang sebenarnya bukan nama asli dari pengirin misterius ini. Berminggu-minggu akrab dan meneliti tentang surat itu, Shelyf tahu bahwa sang pengirim misterius sengaja manaruh inisial yang berbeda-beda agar Shelyf menerka-nerka setiap isyarat yang sebenarnya tak bermakna apa-apa. Setiap harinya, akan ada abjad yang berbeda di setiap suratnya. Ternyata, hal itu hanya sebuah pengalih perhatian dan abjad itu adalah urutan abjad yang dimulai dari Z hingga kembali ke A. Ternyata orang itu sangat pintar dalam menyembunyikan identitas pribadinya agar Shelyf tak melirik sedikitpun siapa sebenarnya orang yang mengirimkan hal itu. Huruf alphabet itu tapi nyatanya berhasil membuatnya menerka-nerka tentang siapa yang hadir dibalik lembaran surat itu. Dia selama ini membuang waktu hanya untuk menerka-nerka siapa yang hadir dibalik tirai tulisan rapi itu.

Shelyf menutup lembar surat itu, mungkin orang itu memang tak benar-benar ingin ia ketahui sosoknya. Entah apa alasannya, tapi Shelyf tak paham bahwa orang itu bisa sepeduli itu padanya dan entah apa alasannya juga orang tersebut enggan Shelyf ketahui indentitasnya.

" Rachel..." Shelyf memanggil pelan nama gadis yang masih asyik bermain game disampingnya kini, gadis berkuncir kuda itu hanya melirik sekilas saat menyadari namanya sedang dipanggil oleh gadis yang selama beberapa menit lalu hanya memandangi kertas dan duduk disampingnya.
" Menurut lo, masuk akal gak sih kalau gue punya penggemar rahasia" Shelyf bertanya dengan hati-hati. Bibirnya bergerak gelisah menunggu jawaban dari Rachel.

Rachel mem-pause game yang sedang ia mainkan. Ditatapnya kemudian gadis yang sempat menanyakan hal tak biasa disampingnya ini, dan dengan analisa-analisa yang telah ia susun beberapa detik lalu, dirinya kemudian menjelaskan dengan gamblang pendapatnya.
" Ya mungkin banget lah, siapapun bisa dicintai sama semua orang. Ya, kan itu hak asasi"

" Kalau ada penggemar rahasia yang tiap paginya ngasih coklat menurut lo kemungkinan terbesarnya siapa?" Mungkin itu adalah pertanyaan terbodoh yang pernah keluar dari mulutnya tentang penggemar rahasianya. Dan setelah ini dia harus menerima kenyataan bahwa Rachel pasti mencurigainya.

Rachel mengernyit heran,
" Lo....ada yang ngasih coklat emang?"

" Eng," Shelyf menggigit bibir bawahnya dengan gelisah, mungkin memang bukan bakatnya dalam memecahkan solusi tanpa membuka tabir masalah itu sendiri. Dia pasti akan merutuki dirinya sendiri selamanya jika saja Rachel mengetahui tentang apa yang sebenarnya terjadi.
" Enggak gitu loh, aku semalem lihat film tentang secret admirer gitu dan kayaknya tertarik buat analisa hal itu"

It's Better If You Don't UnderstandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang