Di sayat, di pukuli, di tendang atau apapun bentuk kekerasan fisik lainnya pernah Shelyf alami. Memar biru keunguan dan pahitnya nyeri sudah menjadi teman sehari-harinya. Kakinya masih terasa perih untuk sekedar berjalan hingga beberapa kali ia terjatuh dan tertatih-tatih dengan tidak menyenangkannya. Rasanya ia ingin semakin mempercepat langkahnya saja, kala beberapa anak dengan tatapan menusuk mengamati cara berjalannya.Rumah dan Sekolah sama saja baginya, sama-sama menyiksa batinnya. Sama-sama menenggelamkan dirinya menuju jurang terdalam lautan kesedihan. Kadang ia ingin mengakhiri semuanya, mengakhiri beban-beban yang paling mengganggu pikirannya. Lalu, menetap sendiri di pojok ruang gelap yang jauh dari ramainya bingkai dunia sepertinya lebih baik daripada berada di Neraka dunianya saat ini.
" Wahhh " segerombolan anak gadis dengan seragam yang ketat mendekati Shelyf. Matanya tajam menusuk, senyum sinis sesekali mengelus dan membangkitkan ketakutannya. Si tinggi semampai dengan rok diatas lutut mendekat, rambut pirangnya ia biarkan bebas tergerai dengan indahnya. Sesekali Suara cekikikan terdengar meremehkan, tawa yang Shelyf paling benci itu kini kembali menggema.
" Princess kayaknya kesusahan buat jalan nih " sindir gadis itu, semetara 4 algojo dibelakangnya nampak antusias menantikan apa yang pimpinannya akan lakukan pada anak gadis didepannya. Sepertinya, di sekolah manapun itu Pembullyan masih saja terjadi karena berbagai faktor dan karena berbagai hal pula pembullyan itu tak pernah mendapatkan perhatian lebih daei sekolah, seolah para korbannya akan baik-baik saja saat diperlakukan secara sangat tidak manusiawi. Pemandangan ini jugalah yang masih terjadi disekolah ini, miris sekali, ada saja kacung menyedihkan yang menjadi korban dan lebih menyebalkannya lagi Shelyf adalah salah satu dari kacung menyedihkan itu. Shelyf adalah bagian dari seseorang yang mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari Kakak kelasnya yang semena-mena.
Banyak hal yang membuat gadis itu tak habis pikir, dari sekian banyak objek menarik disekolah ini mengapa harus dirinya yang dijadikan objek pem-bully-an yang nantinya berakhir dengan sangat menyedihkan, tanpa ada Penolong dan hanya tatapan iba yang terlukis menyeruak dari mata beberapa siswa maupun siswi. Mungkin, salahnya juga memilih salah satu sekolah paling bergengsi di kotanya hingga menjadikan si paling kaya semena-mena pada kaum dibawahnya. Mereka mulai melakukan hal-hal bodoh tak berguna dengan merusuhi hidup-hidup orang-orang yang belum atau bahkan sama sekali tidak dikenalinya. Shelyf menghela nafas berat, sejujurnya ini bukan pertama kali, mungkin ketiga, empat atau berpuluh kali dalam beberapa hari terakhir ia merasakn hal ini. Orang-orang jahat itu tak akan pernah berhenti mengganggunya sampai ia menyerah dan memilih meninggalkan sekolah dengan kalah.
Mereka adalah Valencia, Agatha, Nasyifa, Audrey, dan Ariel. 5 remaja yang selalu menjadi momok menakutkan bagi semua siswa agar tak bersifat berlebihan. Shelyf mungkin bukan satu-satunya korban disini, masih ada banyak anak yang selalu berlari menangis dengan wajah tercoreng dengan bolpoin maupun spidol. Dan bodohnya lagi, tak satupun dari mereka berani mengadukan ke BK, membuat para Pembully itu menjadi semakin leluasa. Mereka yang tak mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan seakan acuh, sebagian merasa takut jika bernasib sama---dan sebagian yang menjadi korban malah menjadi Pecundang yang lari dari kandang dan enggan keluar dari persembunyian dan pasti berakhir lebih menyedihkan saat melawan.
Entah apa untungnya ditakuti se-antero sekolah bagi mereka, seolah hal itu menguntungkan dan mereka selalu menganggap diri mereka keren, tak terkalahkan dan lebih baik dari lainnya, mereka menutup mata dan telinga tentang karma masa depan yang pasti datang. Shelyf masih setia berdiri walau beberapa kali dirinya mengernyit karena nyeri di kakinya semakin menjadi-jadi dan enggan untuk mereda.
Tiba-tiba Valencia mendorong Shelyf dengan kasar hingga punggungnya membentur dinding mading yang terbuat dari kaca, sekarang mungkin bukan hanya kaki dan tangannya yang terluka tapi juga punggungnya karena terlalu keras menabrak kaca tersebut.
Gelak tawa meremehkan kembali terdengar, kali ini diiringi sorakan dari beberapa orang dan semakin ramai saja, banyak siswa dan siswi yang mendekat dan bergerumbul menyaksikan apa yang para orang gila itu lakukan pagi buta begini. Shelyf hanya menghela nafas sambil mengernyit menahan nyeri yang tak tertahankan lagi. Ditambah lagi sesak itu tiba-tiba menerjang dadanya ketika segerombolan orang menatap dengan iba dan sesekali berbisik. Shelyf menunduk, membiarkan rambutnya yang tergerai menutupi wajahnya agar matanya berhenti untuk menatap tatapan iba dari teman-temannya.
" Makin jijik deh sama yang satu ini " maki salah satu dari mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/169597425-288-k55038.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Better If You Don't Understand
Teen FictionShelyf, gadis yang menjadi korban kekerasan fisik dari Ayah kandungnya sendiri itu harus menerima banyak pergejolakan batin. Shelyf menjadi lebih sengsara saat ia memasuki jenjang SMA dan mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari salah satu tem...