Hyungseob merasa tidak nyaman, pakaiannya terlalu biasa-biasa saja untuk ukuran hotel yang mewah ini.Dia berdiri dengan kikuk di lobby, tak tahu harus berbuat apa.
Entah dorongan apa yang membuatnya datang menemui Woojin malam ini. Dia tahu dia nekat, seperti memancing iblis untuk membakarnya.
Tapi dia tidak bisa menahan diri. Dia ingin bertemu Woojin, walaupun mungkin ini untuk terakhir kalinya.
“Ada yang bisa saya bantu?” Lelaki petugas hotel itu datang menghampiri, sepertinya melihat kebingungan Hyungseob.
“Eh saya... Saya Hyungseob... Saya sudah ditunggu...”
“Hyungseob-ssi...” Petugas itu berubah sopan dan membungkukkan tubuh, “Silahkan, anda sudah ditunggu, mari saya antar.”
Dengan ragu Hyungseob melangkah mengikuti petugas hotel itu, memasuki restaurant yang tertata dengan mewah dan elegan.
Dan disanalah Woojin, duduk dengan pakaian resminya. Mata Woojin sudah melihatnya ketika dia memasuki ruangan. Dan tidak lepas memandanginya dengan tajam setelahnya.
Ketika Hyungseob mendekat, Woojin berdiri dengan sopan lalu duduk lagi setelah Hyungseob duduk.
Hening sejenak, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. “Terimakasih sudah datang.” Gumam Woojin lembut.
Hyungseob mengangguk, matanya berkaca-kaca melihat kelembutan tatapan Woojin.
“Mungkin ini untuk terakhir kalinya, mungkin setelah ini aku tidak akan datang lagi.” Gumam Hyungseob pelan.
Woojin menggangguk, “Setelah ini aku tidak akan pernah memintamu datang lagi.”
Hening lagi. Sampai pelayan membawakan makanan pembuka, mereka makan malam dalam diam.
Sampai kemudian Woojin menuangkan anggur ke gelas Hyungseob.
Hyungseob mengernyit, “Aku tidak pernah minum alkohol.”
Woojin tersenyum menggoda, senyum pertamanya malam itu.
“Tenang saja, aku akan menjagamu. Kemungkinan terburuknya mungkin kau diperkosa saat mabuk.”
Pipi Hyungseob langsung merona dan Woojin terkekeh.
Anggur itu mencairkan segalanya, suasana menjadi hangat, dan percakapan mereka mengalir lancar begitu saja.
Woojin menceritakan tentang perjalanannya ke Eropa dan Hyungseob mendengarkannya dengan penuh minat.
Sampai kemudian, Woojin menggenggam tangan Hyungseob lalu mengecupnya, “Aku ingin memelukmu.”
Hanya satu kalimat, tapi Hyungseob mengerti. Dia menganggukkan kepalanya. Entah kenapa dia menyetujuinya. Mungkin karena anggur itu sudah mempengaruhi pikiran normalnya. Yang pasti Hyungseob juga ingin merasakan pelukan Woojin.
Dengan lembut Woojin menuntun Hyungseob, melangkah ke lantai atas.
Ketika Woojin membuka pintu kamar, Hyungseob menatap Woojin bingung, dan Woojin tertawa menyadari kebingungan Hyungseob.
“Yah... Kamar yang sama... Kuakui... Aku memang agak sedikit sentimental,” Woojin mengangkat bahu, pipinya sedikit merona, “Kupikir... Tempat saat pertama akan cocok untuk menjadi tempat saat terakhir kita.”
Hyungseob tersenyum lembut, dan membiarkan Woojin membimbingnya memasuki kamar.
Mereka berdiri dengan canggung, sampai Woojin mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya.
“Aku membawa cincin keluargaku, cincin yang diberikan turun-temurun untuk pengantinku.”
Dengan tenang dia membuka kotak itu dan menunjukkan cincin dengan berlian biru yang mungil dan cantik, “Aku ingin memberikannya kepadamu.”
“Tidak!!” Hyungseob langsung berseru keras, menolak.
“Jangan Woojin, itu... Itu cincin yang sangat penting, itu untuk pengantinmu kelak!”
“Bagiku, kaulah pengantinku.”
Woojin menarik tangan Hyungseob, memaksa memasangkan cincin itu ketangannya, lalu menggenggamnya erat-erat ketika Hyungseob berusaha melepaskan cincin itu.
“Aku ingin kau memilikinya.”
“Woojin...” Hyungseob merintih penuh penderitaan, penuh air mata.
Dan Woojin mengusap air matanya lembut, mengecup air matanya lembut.
“Hyungseob,” Bisiknya seolah kesakitan, lalu mencium bibirnya dengan lembut dan penuh perasaan.
“Astaga... Hyungseob.... Hyungseob... Betapa aku merindukanmu...”
Ciumannya semakin dalam, semakin bergairah, semakin penuh kerinduan, tak tertahankan....
****
Woojin melepaskan ciumannya dan menatap Hyungseob lembut.
"Kau mabuk ya?" Senyumnya. Merasa senang karena Hyungseob membalas ciumannya dengan sama bergairahnya.
Hyungseob hanya merangkulkan tangannya erat-erat di leher Woojin, merasakan benaknya melayang-layang. Sepertinya dia memang mabuk, karena sekarang dia merasa bebas dan begitu nyaman bersama Woojin.
Woojin terkekeh geli, "Aku senang kalau kau mabuk, kau begitu penurut dan tidak takut-takut."
Dengan lembut Woojin mengecup telinga Hyungseob, mencumbunya dengan penuh kelembutan.
"Biarkan aku mencintaimu malam ini, Hyungseob-ah.."
Dengan lembut Woojin menghela Hyungseob ke atas tempat tidur dan mengecupi wajahnya penuh perasaan.
"Selama ini kita berhubungan seks. Tapi malam ini aku berjanji, kita akan... bercinta."
Woojin menggerakkan tangannya menurunkan kemeja Hyungseob dan mulai mengecupi pundaknya, tersenyum senang ketika mendengar desahan Hyungseob.
"Hmm, kau senang sayang? Kau menyukainya ya?" Dengan penuh perasaan di kecupinya semua permukaan kulit Hyungseob.
Hyungseob merasa dirinya melayang-layang. Pengaruh alkohol, ditambah kemesraan Woojin yang luar biasa membuatnya merasa di awang-awang.
Dibukanya matanya, dan samar-samar dilihatnya Woojin mengecupi jemarinya. Ketika Woojin menatapnya, mata laki-laki itu tampak berkilauan.
Posisi mereka begitu intim, telanjang bersama dengan tubuh menyatu. Woojin mendesakkan dirinya lebih rapat, menikmati tubuh Hyungseob-nya yang melingkupinya. Dadanya serasa membuncah oleh perasaan hangat, ketika mata mereka bersatu dalam pesan yang tersirat.
"Aku mencintaimu." Bisik Woojin lembut.
Dan Hyungseob-pun melayang, terbawa oleh cinta Woojin.
[TBC]
Selamat berbahagia untuk teman teman yang tadi malam mendapat bingkisan manis dari nahkoda kapal kita... Interaksi manis yang hanya bisa dirasakan dari hati ke hati ㅠㅠㅠ
Untuk yang bersedih karna tidak sesuai dengan ekspetasi yang di harapkan, semoga saja bisa segera terlaksana...
Meskipun begitu, kita harus tetap bersyukur bagaimanapun keadaannya😘 hehhe
Terimakasih untuk MAMA, atas acaranya tadi malam!♡
Dan juga.... Terimakasih untuk kalian yang masih bertahan sampai saat ini!! Luvs♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Illusion • Jinseob
FanfictionA Romantic Story About Serena (Jinseob Ver) Dalam hidupnya, impian Hyungseob hanyalah ingin menjadi seseorang yang biasa-biasa saja. Dia ingin menikah dengan Guanlinㅡkekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise l...