Woojin mendorong Hyungseob ke atas meja dapur lalu dengan cepat membuka pahanya, membuka celananya dan menyatukan dirinya dengan Hyungseob.Kerinduannya begitu dalam sehingga kenikmatan yang terasa begitu menyengat seakan-akan jiwanya dipukul dengan tabuhan percikan orgasme tanpa ampun.
Entah hati mereka saling berseberangan, tetapi ternyata tubuh mereka saling membutuhkan.
Hyungseob setengah terbaring di atas meja dapur dengan tubuh Woojin melingkupinya.
Lelaki itu membutuhkannya dan Hyungseob dengan caranya sendiri membutuhkan Woojin.
Ketika paha mungil Hyungseob melingkupi pinggang Woojin, Woojin menekankan dirinya kuat-kuat, menggoda batas pertahanan Hyungseob.
“Woojin...” Hyungseob merintih, tanpa sadar mengucapkan nama Woojin.
Dan ucapan itu bagaikan musik hangat di telinga Woojin.
“Ya manis, katakan manis, kau ingin aku berbuat apa?” Bisik Woojin parau disela tubuhnya yang bergolak untuk memuaskan Hyungseob, disela napasnya yang tersengal yang terpacu cepat.
“Kau ingin aku memuaskanmu ya? Aku akan memuaskanmu manis, aku akan memuaskanmu sampai kau tidak akan pernah bisa menemukan kepuasan yang sama dari siapapun.” Dengan posesif Woojin menekan Hyungseob, menyatakan kepemilikannya.
“Kau tidak akan pernah menemukan lelaki lain." Suara Woojin tercekat ketika hantaman orgasme melandanya, membawa Hyungseob ikut dalam pusaran puncak kenikmatannya.
Dan akhirnya, mereka baru menyantap makan malam hampir lewat tengah malam.
****
Ruangan itu sangat sunyi, hanya suara alat-alat penunjang kehidupan yang berbunyi secara teratur.
Hyungseob duduk disana, disamping ranjang Guanlin, menatap Guanlin yang terbaring dengan damai.
Dua jam lagi operasi ginjal Guanlin akan dilaksanakan.
'Kau harus kuat bertahan ya? demi aku kau harus bertahan, kau harus bertahan, demi aku Guanlin...'
Berkali-kali Hyungseob merapalkan kata-kata itu seperti sebuah doa yang tidak ada putus-putusnya.
Guanlin tampak lebih kurus, pucat, dan begitu diam, tetapi Hyungseob meyakini masih ada kekuatan hidup yang tersembunyi di dalam tubuh Guanlin, Hyungseob mempercayainya. Hyungseob percaya kepada Guanlin, seluruh harapannya masih bertumpu kepada kepercayaannya itu.
Kemungkinan keberhasilan operasi itu adalah 40:60, dan Hyungseob bergantung kepada 40% itu. Dia percaya Guanlin adalah lelaki yang kuat, buktinya dia sudah berhasil bertahan sampai sejauh ini.
Jihoon masuk ke dalam ruangan, dan menyentuh pundak Hyungseob. “Kondisinya stabil, aku yakin dia akan berhasil melalui ini semua.”
“Iya, Guanlin pasti kuat.“
Jihoon mengecek denyut nadi Guanlin lalu menatap Hyungseob seolah teringat sesuatu.
“Bagaimana kau berpamitan dengan Woojin?”
Hyungseob merona.
“Aku bilang menemani teman yang akan melahirkan." Gumamnya pelan, merasa berdosa karena tidak biasa berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Illusion • Jinseob
FanficA Romantic Story About Serena (Jinseob Ver) Dalam hidupnya, impian Hyungseob hanyalah ingin menjadi seseorang yang biasa-biasa saja. Dia ingin menikah dengan Guanlinㅡkekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise l...