04

981 179 30
                                    


Hyungseob melirik Woojin agak ketakutan ketika lelaki itu membelokkan mobilnya ke areal hotel berbintang lima. Lelaki itu sama sekali tak mengajaknya berbicara. Dia menyetir mobil dengan tenang tetapi rahangnya menegang seperti menahan amarah. Apakah lelaki itu akan berbuat kasar padanya untuk melampiaskan kemarahannya?

Tadi siang dia sudah menghina lelaki itu dan dia menyadari bahwa ego seorang lelaki sepertinya sangat mudah terluka. Dia ketakutan kalau Woojin akan melampiaskan kemarahannya dengan kasar, dia tidak pernah disentuh lelaki sebelumnyaㅡselain ciuman dan pelukan dari Guanlin yang tidak pernah melebihi batas.

Apakah dia harus memberitahu Woojin kalau dia masih belum berpengalaman dalam hal seperti ini? Lelaki itu dari awal sudah beranggapan dia murahan, bagaimana jika...

Hyungseob terlonjak ketika pintu terbuka, ternyata Woojin sudah keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang. Lelaki itu mengernyit ketika melihat wajah Hyungseob yang pucat pasi.

"Ayo", Gumamnya kaku, dan meraih tangan Hyungseob untuk membantunya keluar dari mobil.



Setelah Woojin menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas hotel untuk diparkir. Mereka berjalan bersisian memasuki lobby hotel yang sangat mewah. Resepsionis hotel menerima mereka dengan ramah dan memberikan kartu kamar yang dipilih Woojin.

Bahkan di dalam liftpun mereka lewati dengan keheningan.

Kamar itu begitu luas dan sangat mewah sehingga Hyungseob terpaku sambil terkagum-kagum akan keindahan interiornya.

Woojin hanya berdiri di sana, menatapnya.

"Kau pasti belum makan, aku akan memesan makan malam di kamar." Lalu lelaki itu melirik Hyungseob dengan sinis, "Sementara itu, kupersilahkan kau mandi duluan, badanmu basah, kau bisa mandi dengan air hangat."

"Tetapi, saya tidak membawa baju..."

Woojin sengaja menatap Hyungseob dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan begitu intens sehingga wajah Hyungseob merah padam.

"Aku akan memesan pakaian di toko kenalanku, besok pagi pesanan akan diantarkan kemari. Bajumu yang basah letakkan saja ditempat yang disediakan di kamar mandi, petugas hotel akan mengambilnya untuk di laundry, sementara itu..."

Woojin sengaja menggantung kalimatnya dengan penuh arti, "Malam ini kau tak perlu repot-repot memikirkan baju, toh kau tak akan sempat mengenakannya."

Kalau wajah Hyungseob bisa lebih merah padam lagi, itu akan menunjukkan betapa malunya dia dengan kata-kata vulgar Woojin.



Setelah menggumamkan beberapa kalimat tak jelas dengan gugup, Hyungseob setengah berlari menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Hyungseob merasa sedikit aman, disandarkannya punggungnya ke pintu dan dicobanya menarik napas dengan normal. Dia takut pada Woojin, lelaki itu seperti seekor singa yang menemukan domba lemah, lalu memutuskan untuk bermain-main dengannya dulu sebelum memakannya.

Hyungseob melangkah telanjang ke kamar mandi lalu menyiram tubuhnya yang letih dan kedinginan karena kehujanan dengan shower air panas. Setelah selesai mencuci rambutnya, Hyungseob menyandarkan kepalanya di tembok dan membiarkan punggungnya yang pegal tersiram shower air hangat.

Dia takut menghadapi masa depan dan ketika membayangkan Guanlin, air matanya menetes, mengalir bersama siraman shower, 'Maafkan aku Guanlin, setelah ini mungkin aku akan menjadi manusia kotor dan tak pantas untukmu, tapi hatiku tetaplah milikmu.'






Romantic Illusion • JinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang