19

581 156 29
                                    


Daehwi sedang duduk di ruang tamu rumahnya, merenung.

Ada yang mengganjal di pikirannya, terus mengganggu. Sesuatu yang diketahuinya sejak dulu tapi di lupakannya.

Sesuatu tentang Hyungseob, dia merasa dia seharusnya mengetahui sesuatu tentang pria itu, tapi apa?

'Apa itu Daehwi? Bukankah kau merasa sudah pernah mengenal pria itu sebelumnya? Sebelum pria itu bekerja di perusahaan ini? Bukankah pria itu terasa begitu familiar?'

Dengan gelisah Daehwi berdiri, melangkah ke depan lemari putih yang terpajang rapi di ruang tamunya.

Sebenarnya dia punya firasat Hyungseob berhubungan dengan masa lalunya, masa lalu yang ingin dilupakannyaㅡkarena terlalu pedih untuk diingatnya.

Kenangan tentang almarhum suaminya, Samuel....





Dengan gemetar Daehwi membuka laci lemari putih itu, lalu mengeluarkan sebuah kotak putih yang tidak pernah disentuhnya sejak dua tahun lalu.

Hati-hati dibukanya kotak itu dan dikeluarkan isinya, sebuah map tebal berisi berkas-berkas.

Daehwi duduk, menarik napas panjang dan membuka map itu, isinya adalah kliping potongan berita-berita tentang tragedi dua tahun lalu.

Tragedi kecelakaan beruntun di jalan tol yang menewaskan Samuel, suaminya.




Saat itu, dalam kesedihannya, Daehwi mengumpulkan semua berita yang memuat tentang tragedi itu, menjadikannya satu di dalam satu map besar, memasukkannya ke kotak, dan menyimpannya.

Menyimpannya bersama segenap kepedihan yang dia rasakan.



Sekarang dia membuka lagi kotak kepedihan itu, hatinya terasa nyeri, tangannya gemetar ketika membuka halaman demi halaman potongan artikel itu.





Sampai kemudian dia menemukan apa yang dia cari.

Gambar sosok itu sama persis. Meski terlihat muda, rapuh dan remuk redam, itu Hyungseob yang sama, di gambar artikel itu, dia sedang menunduk mengenakan pakaian serba hitam di ruang tunggu sebuah rumah sakit.

SELURUH KELUARGA TEWAS MENJADI KORBAN TABRAKAN BERUNTUN.

Begitu judul artikel tersebut.

Disitu dijelaskan bagaimana Hyungseob kehilangan kedua orang tuanya dan ditinggalkan sebatang kara sendirian. Sedangkan tunangannya, seorang pengacara bernama Lai Guanlin terbaring koma tak sadarkan diri.




Tunangan??? Koma???

Daehwi membaca artikel itu dengan teliti, lalu mengamati background rumah sakit pada gambar artikel itu.

Dia tahu rumah sakit ini karena pernah praktek lapangan disana beberapa tahun lalu.

Dengan segera dia menelepon rumah sakit itu, menggunakan berbagai koneksi profesi dokternya untuk memperoleh info dari dokter-dokter yang dikenalnya, Daehwi mencari informasi sebanyak-banyaknya,

Dan pada akhirnya ia menemukan kebenaran itu.

Kebenaran yang pasti akan menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Bahkan matanyapun berkaca-kaca karena terharu.



Tiba-tiba Daehwi teringat akan kata-kata Jinyoung ketika mereka makan siang bersama tadi, mengenai rencana Jinyoung untuk memberi Hyungseob pelajaran.



Malam ini.... Oh Tuhan!!

Dengan segeraㅡseolah tersadarkan, Daehwi segera meraih dompet dan kunci mobilnya.

Dia harus mencegah Jinyoung melakukan apapun rencananya untuk memberi pelajaran pada Hyungseob!!

Jinyoung sudah salah paham, dan apapun yang dilakukan lelaki itu, dia pasti akan menyesal begitu mengetahui kenyataan yang sebenarnya.

Daehwi harus mencegahnya sebelum terlambat!!











****











Tamu penting itu akhirnya pulang juga. Beres sudah, semua berjalan sesuai keinginannya.

Woojin mengacak rambutnya kesal. Kalau begitu kenapa dia tidak merasa lega??

'Kau tahu kenapa?' Bisik suara hatinya, 'Ah ya, aku tahu kenapa.'

Woojin mengakuinya.


Hyungseob.

Cukup satu nama yang mewakili segalanya. Satu nama yang sedari tadi menghantui pikirannya.

Dia masih marah pada Hyungseob, marah besar malah.

Tapi bahkan meskipun dia marah, dia tak ingin membuat Hyungseob sedih dengan kemarahannya.

Sungguh ironis.



Woojin tersenyum sinis, menertawakan dirinya sendiri.

Tanpa terasa, Hyungseob telah menjadi harta yang begitu berharga untuknya.

Tidak pernah dia secemas ini untuk siapapun, seperti yang dia lakukan untuk Hyungseob kemarin malam.





'Akuilah Woojin, kau menyayangi pria itu.'

Suara hatinya menekannya lagi. Dan Woojin tidak membantahnya, dia sudah terlalu lelah membantah.

Hyungseob dengan sifat polos, jujur dan kekanak-kanakannya telah menyentuh sisi hati Woojin yang tidak pernah diijinkan tersentuh oleh siapapun.




Ah ya, Hyungseob pasti sudah menunggunya di ruangannya. Tamu penting yang datang mendadak ini membuatnya terpaksa menghubungi Jinyoung agar menunggu di ruangannya kalau-kalau Hyungseob datang.

Membayangkan Hyungseob sedang menunggunya membuat Woojin tergesa melangkah menaiki lift, menuju lantai pribadinya.

Dengan tenang dia membuka pintu ruangannya. Namun pemandangan di depannya adalah pemandangan yang tidak disangkanya sekaligus pemandangan yang paling tidak disukainya.








Jinyoung sedang berdiri sambil menekan Hyungseob ke tembok, memeluknya erat-erat dan menciumnya.

Tubuh Hyungseob yang mungil, tenggelam dalam kekangan dan pelukan Jinyoung.


[TBC]

Romantic Illusion • JinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang