23

792 172 62
                                    


Pagi itu Woojin duduk di kantornya dengan muram.

Hari masih pagi, para karyawan belum datang ke kantor, tapi Woojin sudah ada di situ. Dia tak tahan berada di kamar apartement itu sendirian. Tanpa Hyungseob.

Dia terbangun pagi-pagi sekali karena terbiasa mencari Hyungseob untuk dipeluk, tetapi yang ditemukannya hanya bantal kosong. Dengan marah Woojin langsung bangun dan murka.

Berani-beraninya jalang itu meninggalkannya?

Tetapi kemudian, kertas yang diletakkan di bantal Hyungseob itu agak meredakan kemarahannya. Sebuah pesan singkat sederhana yang ditulis dengan huruf yang sangat rapi.

Hyungseob bilang 'Sampai jumpa di kantor besok pagi.' Jadi Woojin menahan diri dari kemarahannya dan memutuskan bersiap-siap dan berangkat ke kantor saat itu juga.

Sekarang dia duduk sendirian di ruangannya, memikirkan perbuatannya semalam dan mulai merasa cemas. Ia terlalu kasar. Ia tahu itu. Ia terlalu kuat dan Hyungseob terlalu rapuh untuk menahan kemarahannya.

Tapi tidak tahukah Hyungseob kalau pemandangan Hyungseob yang sedang dipeluk dan dicium oleh Jinyoung itu benar-benar membuatnya marah? Seharusnya hanya dia yang boleh memeluk Hyungseob! Seharusnya hanya dia yang boleh mencium Hyungseob!

Saat itulah pintu diketuk dengan pelan. Woojin terdiam penuh antisipasi, dia sudah menunggu. Siapa lagi yang datang sepagi ini kalau bukan Hyungseob?

"Masuk."

Pintu itu terbuka pelan, dan Hyungseob muncul disana.

Hati Woojin langsung bagaikan dihantam oleh palu ketika melihat keadaan Hyungseob.

Pria itu masih memakai pakaiannya yang semalamㅡmeskipun kelihatan segar setelah mandi. Tapi wajahnya kelihatan pucat dan rapuh. Dan bibirnya... sedikit lebam akibat ciuman-ciuman kasarnya kemarin malam.

'Kenapa kau pucat sekali sayang?'

Woojin berdehem, menahan perasaannya.

Detik itu juga Woojin memutuskan dia akan memaafkan Hyungseob. Dia tidak bisa menyalahkan Hyungseob karena merayu Jinyoung, tidak ada yang bisa melarangnya kan? Tidak ada tertulis dalam perjanjian mereka bahwa Hyungseob tidak boleh menjalin hubungan dengan lelaki lain, disitu hanya tertulis bahwa Woojin berhak memiliki Hyungseob sesuka hatinya.

Oleh karena itu dia akan segera memastikan adanya klausul tambahan dalam perjanjian itu, bahwa Hyungseob tidak boleh disentuh lelaki lain, bahwa tubuh Hyungseob adalah hak eksklusifnya, miliknya.

Untuk sekarang, Woojin yakin Hyungseob akan memohon maaf padanya. Dan itu bukan masalah, Woojin siap memaafkan Hyungseob atas pengkhianatannya semalam. Dia siap menerima Hyungseob lagi. Dia belum mau melepaskan Hyungseob.

"Duduk." perintahnya, berusaha sedatar mungkin.

Dengan patuh Hyungseob duduk, tapi pria itu tidak berkata apa-apa, hanya meremas tangannya dengan gelisah.

"Sebenarnya kau ingin bicara apa hingga harus menunggu sampai di kantor?"

Dimana kau tidur semalam? Apakah kau baik-baik saja? Apakah aku menyakitimu?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang
bermunculan di benak Woojin, tetapi lelaki itu menahankannya.

Hyungseob mendongakkan kepalanya, matanya tampak penuh tekad ketika menatap Woojin. Takut, tapi penuh tekad.

Romantic Illusion • JinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang