22

764 172 21
                                    


Seorang jalang harus diperlakukan seperti jalang.”

Kata-kata Woojin yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.

Woojin sudah melepaskan kemejanya dan membuka ikat pinggangnya, lalu meletakkannya di ujung ranjang.

Matanya begitu dingin, ekspresi wajahnya tenangㅡterlalu tenang hingga membuat Hyungseob gemetar cemas.

“Kau... Harus... Mendengarkan..” Hyungseob masih mencoba, meskipun melihat ekspresi wajah Woojin, ia tahu ini tidak akan berhasil.

Woojin terlalu marah, ia terlalu dibutakan oleh kemurkaannya.









“Lepaskan kemejamu Hyungseob.” Gumam Woojin datar.

“Woojin...” Wajah Hyungseob langsung pucat pasi mendengar perintah yang diucapkan Woojin tanpa ekspresi.

“Lepaskan.”

Nada suara Woojin begitu menakutkan. Mungkin Hyungseob akan lebih berani menghadapi jika Woojin berteriak-teriak marah dan membentaknya. Tetapi lelaki itu begitu tenang hingga menakutkan.







Dengan gemetar Hyungseob melepas kancing demi kancing kemejanya. Menatap Woojin dengan wajah memohon, tapi lelaki itu tidak terpengaruh.

Setelah seluruh kancing kemejanya terlepas, Hyungseob berdiri sambil menggenggam kemejanya yang terbuka dengan kedua tangannya erat-erat, berlutut di ranjang itu, memohon belas kasihan kepada lelaki yang berdiri di tepi ranjang dan tampak kejam.

“Aku bilang lepaskan kemejamu, Hyungseob.” Suara Woojin tetap lembut dan terkendali, tapi entah kenapa Hyungseob makin gemetar mendengarnya.

Dengan sudah payah Hyungseob melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke kasur, menatap Woojin tanpa daya.









“Sekarang celananya.” Sambung Woojin setelah mengamati tubuh Hyungseob tanpa malu-malu, membuat seluruh wajah dan tubuh Hyungseob merah padam.

“Tidak...!” Hyungseob berusaha membantah, dia tidak mau dilecehkan seperti ini. Dipaksa membuka baju dihadapan laki-laki yang sama sekali tidak menghargainya.

“Aku bilang celananya!” Suara Woojin sedikit naik, tetapi tetap tenang. Matanya menatap tajam tak terbantahkan, hingga mau tak mau Hyungseob bergerak melepaskan celananya.

Air mata mulai mengalir di mata Hyungseob.





Hening cukup lama, Woojin terdiam sambil menatap Hyungseob tajam. Dan Hyungseob berlutut di ranjang itu dengan tubuh gemetaran, berusaha memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya yang kecil.


“Lepas celana dalammu.”

“Tidak!!” Dengan was-was Hyungseob berseru, dan tanpa sadar tubuhnya beringsut ke ujung ranjang, ia merasa ketakutan.

Sikapnya seperti itu malah menyalakan api kemarahan di wajah Woojin, lelaki itu sudah tidak setenang tadi.

“Kenapa tidak mau Hyungseob? Jalang cilikku? Sudah tak terhitung berapa kali aku melihatmu telanjang, dan kau melakukan semuanya dengan sukarela kan? Demi uang tiga ratus juta...“ Suara Woojin terdengar jijik, ia melangkah maju mendekati ranjang dan secara otomatis membuat Hyungseob langsung beringsut mundur menjauh.

Romantic Illusion • JinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang