Hyungseob masih terkejut ketika tiba-tiba saja tubuhnya dibalik dan dicium habis- habisan, dia masih setengah tertidur dan benar-benar tak berdaya, Woojin sudah melampiaskan hasratnya tanpa ditahan-tahan, ciuman-ciumannya tanpa jeda seolah-olah lelaki itu tak tahan sedetikpun tidak berciuman dengannya.
Ketika Woojin mengangkat kepalanya, matanya berkabut, pupil matanya membesarㅡmemperlihatkan iris matanya yang coklat.
“aku ingin bercinta, aku ingin memasukimu... Ah kau tidak tahu betapa aku...“ Suara Woojin tersengal, lalu melumat bibir Hyungseob lagi dengan membabi buta.
Kata-kata vulgar Woojin itu membuat pipi Hyungseob merona malu. Tidak terbayangkan, diaㅡpria yang tidak pernah intim dengan lelaki manapun, sekarang terbaring dengan jubah mandi yang sudah acak-acakan, ditindih oleh lelaki yang mungkin sampai beberapa hari yang lalu tidak dikenalnya dengan baik.
Tangan Woojin menelusup di balik jubah mandinya, menemukan dadanya yang hangat dan lembut, lalu meremasnya. Sedikit terlalu bergairah hingga Hyungseob mengerang.
Woojin menghentikan gerakannya, lalu menatap Hyungseob lembut, “Sakitkah?” Bisiknya parau. Hyungseob terpaku, suaranya seakan tertelan di tenggorokan, bagaimana dia harus menjawabnya?
Tetapi Woojin tidak memerlukan jawaban, lelaki itu tersenyum, lalu menggerakkan tangannya lagi menyentuh dada Hyungseob. Dengan ahli dia menyingkirkan jubah mandi Hyungseob yang menghalangi, dan menemukan keindahan ranum di baliknya.
“Oh Indahnya!" Bisik Woojin serak, membiarkan Hyungseob memalingkan muka dengan malu dibawah tatapan tajam dan memuja lelaki itu.
Lalu bibir Woojin yang panas menelungkupi puting Hyungseob, lidahnya bermain di sana. Terasa panas, membakar seluruh tubuh Hyungseob, membuatnya terpaksa merintih. Bingung dengan gejolak yang menyebar di seluruh tubuhnya. Woojin begitu ahli sedangkan Hyungseob sama sekali tidak berpengalaman, dan lelaki itu tampaknya tidak merasa perlu menahan dirinya.
Entah kapan, mereka sudah telanjang bersama di atas tempat tidur itu. Tubuh Woojin yang keras, melingkupi tubuh Hyungseob yang mungil di bawahnya, menggodanya, menggeseknya dengan kekuatannya, membawa gairah Hyungseob makin naik, sedikit demi sedikit ke puncaknya.
Kemudian Hyungseob merasakan kejantanan Woojinㅡyang tidak terhalang apapun menyentuh pusat dirinya. Pelan, tapi membuatnya terkesiap. Hyungseob membuka matanya yang terpejam, menatap Woojin di atasnya. Lelaki itu menatapnya dengan tajam, matanya berkabut, napasnya terengah, dan sejumput rambut tampak jatuh di dahinya, membuatnya tampak begitu liar.
“Ah, ya manis... Kau pasti akan sangat menyukainya," Geram Woojin pelan, lalu mulai mendorong, menekan dan menyentuh Hyungseob, “Kau sudah siap?" Erang Woojin, “Kau sudah basah dan panas, siap untuk dirikuㅡ”
Jantung Hyungseob berdegup kencang, beriringan dengan detak jantung Woojin yang bahkan lebih parah. Dengan perlahan, Hyungseob memejamkan matanya, melepaskan hatinya. 'Demi kamu Guanlin,' Bisiknya dalam hati bagaikan mantra yang menyelamatkan jiwanya.
Ini adalah sensasi baru bagi Hyungseob, merasakan kejantanan seorang lelaki yang mencoba memasukinya, menyatu dengannya. Rasanya panas dan membuat seluruh saraf ditubuhnya menggila. Membuatnya begitu sensitif oleh kebutuhan yang sampai saat ini tidak pernah diketahuinya, kebutuhan untuk mencapai puncak.
Hingga rasa sakit yang menyengat tiba-tiba
menyentakkannya ke alam sadar, Hyungseob mengerang kesakitan, tubuhnya mengejang. Dengan panik dicengkeramnya pundak Woojin dan menggeleng-gelengkan kepala ketakutan atas usaha Woojin untuk menyatu semakin dalam dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Illusion • Jinseob
FanfictionA Romantic Story About Serena (Jinseob Ver) Dalam hidupnya, impian Hyungseob hanyalah ingin menjadi seseorang yang biasa-biasa saja. Dia ingin menikah dengan Guanlinㅡkekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise l...