Hyungseob baru saja membuka pintu apartemen ketika teleponnya berdering, dia segera mengangkatnya dan langsung terdengar suara Woojin diseberang sana"Kau suka masakan cina?"
"Hah?" Hyungseob terperangah mendengar sapaan pertama Woojin yang tanpa basa-basi. Baru ketika Woojin mengulang pertanyaannya dia mengerti, dan tanpa sadar mengangguk.
"Hyungseob?"
Mendengar pertanyaan Woojin, Hyungseob baru sadar kalau dari tadi dia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Eh, iya..iya..."
"Oke, kalau begitu jangan memasak malam ini, kubawakan dua porsi untuk kita."
Telepon ditutup. Meninggalkan Hyungseob yang masih terperangah.
Satu jam kemudianㅡketika Hyungseob menyeduh kopi, Woojin datang dan langsung ke dapur, masih mengenakan jas resminya, tapi dengan dasi yang sudah dikendorkan.
Dia meletakkan kantong kertas berisi makanan yang masih panas, berlogokan nama hotel bintang lima.
"Tadi ada undangan pertemuan dengan kilen di sana, hanya minum kopi, tapi aku lalu ingat kalau masakan cina di hotel ini terkenal enaknya, dan aku ingat dirimu."
Woojin mengedipkan sebelah matanya, "Siapkan ya, aku mandi dulu." Dengan langkah anggun Woojin membalikkan badan menuju kamar.
Hyungseob mengatur masakan berbau harum itu pada piring saji, sambil mengatur poci kopi di nampan untuk Woojin, sedangkan untuk dirinya dia menyeduh secangkir teh.
Woojin muncul di dapur setengah jam kemudian, dengan piyama sutra hitam, lalu duduk di kursi di meja dapur.
"Aku lapar sekali, tadi jalanan macet." Hyungseob duduk di hadapan Woojin, memperhatikan lelaki itu mulai menyantap hidangannya dengan penuh minat.
"Tadi, di pertemuan tidak ada makan malam?" Setahu Hyungseob pertemuan bisnis di hotel seperti itu selalu disertai dengan jamuan makan malam.
"Ada, tapi aku menolaknya, hanya minum kopi tadi."
Woojin menatap Hyungseob dengan tiba-tiba hingga Hyungseob kaget, "Kenapa tidak kamu makan? Ayo, enak lho."
Dengan gugup Hyungseob menyantap makanannya, memang enak sekali, gumam Hyungseob pada suapan pertama.
Tanpa sadar dia makan dengan lahap, dan baru berhenti ketika menyadari Woojin menatapnya geli, pipinya langsung bersemu merah.
Woojin langsung terkekeh geli.
Hyungseob baru mengetahui kepribadian Woojin yang seperti ini, santai dan penuh tawa. Berbeda sekali dengan apa yang ditampilkannya di kantor.
Selesai makan seperti biasa Woojin minta ditemani saat mengerjakan tugas kantornya, lelaki itu tampak serius menghadapi notebooknya, sambil sesekali menyesap kopi.
Sementara Hyungseob menyibukkan diri dengan menonton channel masak memasak di TV kabel. Benaknya berkecamuk, apakah Woojin akan bercinta dengannya lagi?
Bodoh! Tentu saja. Kalau bukan untuk itu buat apa lelaki itu menginap disini?
"Kau bisa memasak yang seperti itu?" Suara celetukan Woojin hampir membuat Hyungseob terlonjak karena kaget.
Hyungseob menatap ke arah Woojin, lelaki itu sudah bersandar di sofa. Dengan santai menyesap kopinya sambil menatap televisi. Notebooknya sudah tertutup dan berkas-berkasnya sudah tersusun rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Illusion • Jinseob
FanficA Romantic Story About Serena (Jinseob Ver) Dalam hidupnya, impian Hyungseob hanyalah ingin menjadi seseorang yang biasa-biasa saja. Dia ingin menikah dengan Guanlinㅡkekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise l...