Hyungseob terbangun dalam pelukan Woojin. Matahari fajar sedikit menembus tirai putih jendela hotel itu, masih gelap dan dingin.Dengan nyaman Hyungseob makin bergelung dalam pelukan lelaki itu. Dan secara otomatis Woojin mengetatkan pelukannya, melingkarkan lengannya erat-erat di tubuh Hyungseob.
Hyungseob memejamkan matanya, menenggelamkan wajahnya di dada telanjang Woojin, menghirup aroma Woojin kuat-kuat dan menyimpannya rapat-rapat dalam memorinya.
Tiba-tiba air mata merembes dari sela bulu matanya, dan Hyungseob menahannya agar tidak menjadi isakan.
Kenapa? Kenapa Tuhan membuatnya jatuh cinta lebih dulu kepada Woojin sebelum kemudian mengabulkan doanya agar Guanlin terbangun dari komanya? Apa rencana Tuhan di balik semua peristiwa ini? Kenapa di saat Guanlin benar-benar sudah bangun, hatinya sudah jatuh dimiliki oleh Woojin?
Hyungseob mengigit bibirnya agar tangisnya tidak semakin keras dan membangunkan Woojin, dia tidak boleh menangis. Ini semua sudah menjadi keputusannya. Dia sudah memiliki Guanlin. Guanlin yang mencintai dan dicintai olehnya sejak awal. Guanlin yang sebatang kara dan tidak akan punya siapa-siapa kalau Hyungseob tidak ada di sampingnya. Guanlin lebih membutuhkan Hyungseob dibandingkan Woojin.
Tanpa Hyungseob, Guanlin akan rapuh. Sedangkan tanpa Hyungseob, Woojin akan tetap kuat.
Woojin bisa mencari Hyungseob-Hyungseob yang lain dengan segala kelebihannya, sedangkan Guanlin hanya memiliki Hyungseob.
Dia sudah memutuskan dalam hatinya, tapi kenapa hatinya tetap terasa begitu sakit? Rasanya seperti disayat-sayat ketika memikirkan Woojin, ketika ingatannya melayang pada setiap kebersamaan mereka. Kenapa rasanya masih terasa begitu sakit?
Dan malam ini Hyungseob memutuskan bertindak egois. 'Hanya malam ini ya Tuhan, ampuni aku.' Desah Hyungseob dalam hati.
Dia tahu semua ini akan terjadi. Dia tahu jika dia datang menemui Woojin pada akhirnya mereka akan berakhir di ranjang dan bercinta. Hyungseob tahu itu semua akan terjadi, tapi dia tetap mengambil konsekuensi itu, dia butuh merasakan pelukan Woojin untuk terakhir kalinya, dan kemudian meyakinkan dirinya bahwa ini adalah perpisahannya dengan Woojin.
Pelukan Woojin tiba-tiba mengencang dan lelaki itu dengan masih malas-malasan mengecup dahi Hyungseob.
"Dingin?" tanyanya Serak.
Hyungseob mendongakkan wajah dan mendapati mata cokelat itu menatapnya. Lalu tersenyum lembut, dan menggeleng.
Woojin meraih dagu Hyungseob dan mengecupnya dengan kecupan singkat, "Aku menyakitimu tidak semalam?"
Sekali lagi Hyungseob menggeleng dan menenggelamkan wajahnya ke dada Woojin, menahan air mata.
Ini adalah saat berharganya. Berada dalam pelukan erat Woojin, merasakan kelembutan dan kemesraannya.
Dia akan menyimpan kenangan ini dihatinya, agar di saat-saat dia merasa pedih dan merindukan Woojin, dia tinggal menarik keluar kenangan tentang pagi ini, dan hatinya bisa terasa hangat.
Seperti inilah dia akan mengenang Woojin nanti, lembut, penuh cinta dan memeluknya erat-erat.
Seolah mengerti pikiran Hyungseob yang berkecamuk, Woojin tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya memeluk Hyungseob erat-erat dan mengusap punggungnya dengan lembut, mereka larut dalam keheningan. Dan lama-lama usapan Woojin membuat Hyungseob setengah tertidur.
![](https://img.wattpad.com/cover/161783973-288-k989889.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Illusion • Jinseob
FanfictionA Romantic Story About Serena (Jinseob Ver) Dalam hidupnya, impian Hyungseob hanyalah ingin menjadi seseorang yang biasa-biasa saja. Dia ingin menikah dengan Guanlinㅡkekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise l...