09

846 163 42
                                    


Hyungseob hampir saja terlambat kerja, dia menarik napas panjang melihat jam absennya, hanya kurang satu menit.

Dengan segera dia melangkah masuk ke mejanya, teman-teman seruangannya sudah mulai sibuk bekerja. Hyungseobpun mulai berkonsentrasi, tapi matanya hanya menatap kosong ke layar komputer, pikirannya mengingat ke kejadian semalam dan dia mengernyit. Dia merasa murahan sekali, menjual diri kepada laki-laki itu tetapi terlena dengan rayuannya. Mau bagaimana lagi, lelaki itu adalah jelmaan Eros dengan segala pengalaman dan keahliannya, sementara Hyungseob baru pertama kalinya bercinta.

'Tuhan, ampunilah dosa-dosaku.' Hyungseob memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya sebelum mulai menenggelamkan diri dalam pekerjaan.



"Iya, aku juga tidak menyangka." Suara berbisik dua rekan disebelahnya menarik perhatian Hyungseob.

"Rasanya seperti bukan CEO Park."

Mendengar nama lelaki itu disebut, mau tak mau Hyungseob menajamkan telinganya, mendengarkan.

"Tadi kami serombongan sehabis sarapan berpapasan dengan CEO Park, kami hanya menunduk karena biasanya Bos besar itu hanya melirik dari sudut mata tajamnya, mengangguk selama sedetik lalu pergi dengan acuh tak acuh."

Wanita itu menghembuskan napas takjub, "Tapi tadi, astaga! CEO Park bahkan berhenti, tersenyum ramah dan menanyakan kabar kita semua!!" Suaranya terpekik hampir histeris, "Dan senyum manisnya yang sangat jarang itu, bukannya menjawab... semuanya malah terpesona dengan mulut menganga, ada yang mencoba menjawab tapi yang keluar hanya suara tercekik." Lanjutnya menggebu-gebu.

"CEO Park sama sekali tidak merasa terganggu dengan sikap konyol kami. Dia malah tertawa geli dan melambaikan tangan ramah sebelum pergi. Benar-benar anugerah tak terlupakan! Menurutmu...."

Hyungseob beranjak berdiri ke kamar mandi, tak tahan mendengarkan pemujaan pemujaan terhadap laki-laki itu.

Tapi tetap saja dia ikut bertanya tanya, Hyungseob terpekur di depan pintu kamar mandi.

Dia berpikir mengenai perubahan sikap Woojin dikantor, bosnya itu memang selalu memasang wajah dingin, ketus dan jarang bicara. Banyak orang di sini yang takut sekaligus memujanya karena sikapnya itu. Tapi  kenapa dia berubah ramah?




"Memikirkanku?"

Suara yang diucapkan dengan pelan dan lembut itu membuat Hyungseob membalikkan tubuhnya mendadak dengan terlonjak kaget dan hampir menabrak orang yang berdiri dibelakangnya.

Matanya langsung bertatapan dengan mata cokelatnya yang tajam, obyek pikirannya.



Dan kenapa si Bos ada di sini? Di lorong menuju kamar mandi lantai 3 padahal dia punya kamar mandi sendiri di ruangannya?

Tanpa sadar Hyungseob mengucapkan pertanyaannya keras-keras, membuat Woojin tertawa.

"Aku sedang menemui kepala personalia di lantai yang sama, tiba-tiba ingin ke toilet, tidak bolehkah?" Suaranya makin melembut, lalu matanya berubah tajam. Dan Hyungseob mengenali tatapan itu, tatapan kalau....






"Damn! Aku sudah amat sangat merindukanmu!"

Dengan cepat Woojin meraih Hyungseob, lalu menciumnya dengan gairah menggebu-gebu seolah-olah sudah lama tidak berciuman, padahal baru tadi pagi mereka...







Suara percakapan yang sayup-sayup mendekat membuat Hyungseob terperanjat, dengan secepat kilat didorongnya Woojin dan dia setengah berlari masuk ke toilet.

Romantic Illusion • JinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang