20

660 162 32
                                    


Ketika menyadari pintu terbuka, Jinyoung mengangkat kepalanyaㅡmenatap Woojin yang terpaku di pintu, membeku seperti batu.

"Oh, hai Woojin!"

Jinyoung tersenyum, mengusap bibirnya yang sedikit bengkak karena berciuman dengan kasar.

"Aku menawar priamu ini dengan harga beberapa juta, dan dia bersedia menemaniku selama beberapa jam, boleh kan?"

Hyungseob yang masih berada dalam cengkeraman Jinyoung menjadi pucat pasi mendengar fitnah Jinyoung yang begitu kejam.

Woojin tidak akan percaya kata-kata Jinyoung kan?

Woojin tidak akan percaya kan?

Tapi ekspresi Woojin begitu susah dibaca, lelaki itu seperti membeku.

"Dan kau tahu Woojin, kau memang benar-benar tidak rugi," Jinyoung menyambung, menyeringai menghina kepada Hyungseob, "Ciumannya lumayan, WOW!"

"Tidak!!!" Hyungseob akhirnya berhasil bersuara, mencoba membantah kata-kata Jinyoung.

"Tidak!!! Ya Tuhan!! Woojin!!!!"

Suara Hyungseob berubah menjadi jeritan ketika dengan secepat kilat dan tanpa di duga-duga, Woojin menerjang Jinyoung.

Menarik Jinyoung dengan kasar dari Hyungseob, lalu menyerangkan pukulan keras di rahangnya, kemudian di perutnya sampai Jinyoung terbungkuk-bungkuk menahan sakit.

Tetapi Woojin masih belum puas.

Dia menyerangkan lagi pukulan telak bertubi-tubi ke semua bagian tubuh Jinyoung, tanpa memberi Jinyoung kesempatan melawan.

"Woojin!!! Stop!! Kumohon!! Kau bisa membunuhnya!!" Hyungseob berteriak panik ketika Woojin menghajar Jinyoung seperti kesetanan.

Dan terus menghajarnya, terus tanpa henti tidak peduli Jinyoung sudah terkulai tanpa memberikan perlawanan. Aura membunuh memancar dari mata Woojin, menakutkan.

"Woojin!!!" Hyungseob menjerit sekuat tenaga, berusaha mengembalikan akal sehat lelaki itu.

Kali ini berhasil, Woojin berhenti. Matanya nyalang, napasnya terengah-engah.

Sedangkan kondisi Jinyoung sungguh mengenaskan, lelaki itu berbaring tak berdaya, wajahnya penuh darah, dan mungkin saja hidungnya patah. Sampai sepertinya dia tidak sadarkan diri.

"Astaga."

Sebuah suara tercekat yang berasal dari pintu membuat Hyungseob dan Woojin menoleh bersamaan.

Daehwi berdiri di sana, pucat pasi.

Seolah disadarkan, Woojin langsung berdiri, menghampiri Hyungseob dengan bara kemarahan yang membuat Hyungseob beringsut menjauh.

Woojin tidak peduli, dengan kasar dia menarik lengan Hyungseobㅡsetengah menyeretnya keluar ruangan.

"Sakit.." Hyungseob merintih karena perlakuan kasar Woojin, tetapi lelaki itu tidak peduli, seolah tidak mendengar apa yang diserukan Hyungseob.

Daehwi berusaha menghentikan langkah Woojin, "Woojin, kau harus mendengar penjelasanku, semua ini......"

"DIAM!!!" Teriakan Woojin yang menggelegar membuat suara Daehwi tertelan kembali.

"Kau urus saja bajingan disana itu sebelum dia mati kehabisan darah!! Dan begitu dia sadar, katakan padanya bahwa dia dipecat!!"

Woojin menggeram marah sambil menyeret Hyungseob menaiki lift. meninggalkan Daehwi yang masih berdiri terpaku, bingung.








****









"Woojin! Semua yang Jinyoung katakan itu bohong!"

Hyungseob berusaha menjelaskan ketika mereka sampai di apartemen, dan Woojin masih menggelandangnya dengan kasar.

Tubuh Hyungseob dihempaskan dengan sangat kasar ke tempat tidur.

"Dia bohong Woojin..." Hyungseob tersengal, putus asa mencoba meyakinkan Woojin.

"Jinyoung tidak pernah berbohong padaku." Jawab Woojin datar, tangannya bergerak membuka kancing bajunya.

"Dia bohong... Percayalah..." Air mata mulai mengalir di sudut mata Hyungseob.

"Tidak ada untung baginya berbohong padaku."

"Ada!!!" Jerit Hyungseob, "Dia membenciku, dia ingin menyingkirkanku...."

"Wah...Kau pikir kau seberharga itu? Kau tidaklah lebih dari jalang kecil dengan tampilan tanpa dosa. Berapa dia membayarmu untuk sebuah ciuman hah?! Sepuluh juta?? Dua puluh juta?? Kau pikir kau bisa mendapatkan uang keuntungan dari kami berdua ya??"

"Kumohon Woojin, kau tahu dia berbohong... Kumohon... Kumohon... Percayalah padaku..."




Hyungseob mulai panik ketika Woojin melepas kemejanya, "Ke... Kenapa kau melepas pakaianmu?"

Dengan takut Hyungseob beringsut di ranjang, mencoba sejauh mungkin dari Woojin.

"Yah.. Aku sudah pernah bilang kan?" Woojin tersenyum kejam sambil mulai melepas ikat pinggangnya, tatapan matanya tak lepas dari Hyungseob yang meringkuk ketakutan seperti seekor mangsa yang menghadapi predator kejam.

"Seorang jalang harus diperlakukan seperti jalang!" Desis Woojin penuh penghinaan.


[TBC]

Romantic Illusion • JinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang