06

1K 166 36
                                    


Hyungseob merasakan seluruh tubuhnya sakit dan pegal. Dengan mengerutkan dahi dia mencoba menggerakkan badannya. Oh... memang pegal sekali rasanya. Pelan pelan dibukanya matanya, cahaya kamar masih tampak redup, suasana kamar terasa sejuk dan menyenangkan.




"Selamat pagi!"

Sapaan itu begitu mengejutkan, menembus kesadarannya yang masih berkabut, hingga badan Hyungseob terlonjak duduk, lalu selimutnya turun sampai ke pinggang dan barulah Hyungseob menyadari kalau dia telanjang. Dengan gugup ditariknya selimut itu. Matanya langsung bertatapan dengan Woojin yang duduk disofa, tepat dihadapannya. Sedikit senyum tersirat di sana, melihat kegugupan Hyungseob.

Sekali lagi Hyungseob benar-benar malu, Woojin sudah tampil sangat rapi dan elegan dengan pakaian santai, sedang menyesap kopi  sambil membaca koran paginya, penampilannya benar-benar sempurna di pagi hari, sedangkan Hyungseob... Astaga, jam berapakah ini?

"Ini masih pagi sekali, masih gelap, tadi aku bangun dan memutuskan mandi air dingin, kalau tidak, aku tidak akan bisa menahan diri untuk membangunkanmu dan bercinta lagi denganmu."

Suara lelaki itu datar seperti sedang membicarakan acara televisi favoritnya, tak dipedulikannya wajah Hyungseob yang memerah.

"Bukannya aku tidak bisa, tapi sepertinya aku harus menghormati kesucianmu yang baru hilang."

Tatapan Woojin berubah tajam, seperti yang selalu dilakukannya di saat meeting, saat dia membuat lawan-lawan bisnisnya mengekeret ketakutan.

"Kenapa kau yang masih suci itu bisa dengan mudahnya menjual diri padaku? Apa tujuanmu sebenarnya?"

Tanya Woojin tanpa ampun.



Hyungseob duduk disana dalam kondisi paling tidak siap dan Woojin melemparkan pertanyaan paling sulit untuk di jawab. Apakah laki-laki itu sengaja?

Tentu saja Woojin sengaja! Seru Hyungseob dalam hati, lelaki seperti dia tak akan sesukses ini dalam bisnis jika tidak tahu cara menyerang lawannya di titik lemah.





Sekarang dia harus menjawab apa? Hyungseob benar-benar kebingungan. Kalau dia menceritakan seluruh kisahnya, akankah Woojin percaya? Lagipula ia tidak ingin melibatkan Guanlin disini, jangan sampai Woojin tahu tentang Guanlinnya. Dia harus melindungi Guanlin dari lelaki kejam seperti Woojin, siapa yang tahu apa yang akan dilakukan Woojin kepada Guanlin hanya untuk memerasnya nanti?








Dengan tegar Hyungseob menegakkan dagunya.

"Saya rasa alasan saya melakukan ini bukan urusan anda, yang penting saya tidak akan merugikan diri anda."

Rahang Woojin mengeras mendengar jawaban Hyungseob tadi. Sejenak tadi dia merasa Hyungseob patut diberi kesempatan, mungkin saja Hyungseob melakukan itu untuk membiayai saudaranya atau apa, Tetapi ternyata dia salah, bodohnya dia, orang-orang dimanapun tetap sama saja.

Hyungseob mungkin hanya menunggu kesempatan untuk menjual dirinya dengan harga mahal, bukan bermaksud menjaganya. Bodohnya, dia sempat berpikir untuk mempercayai pria itu.

"Oke, bussiness is bussiness, aku tidak akan bertanya lagi tentang tujuanmu, asal jangan sampai kau merugikanku..." Mata Woojin menyipit kejam, "Kalau kau berani berani melakukannya, aku akan membuatmu menderita."

Hyungseob tanpa sadar beringsut menjauh, ketakutan dengan nada suara dan tatapan kejam Woojin.

Tiba-tiba saja laki-laki itu berdiri dari duduknya setelah membanting gelas kopinya di meja.



Romantic Illusion • JinseobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang