"Lim.. apa aku masih cantik?"
"Always sayang"
"Jangan bohong!! Supaya buat aku senang"
"Aku berkata jujur sayang. kamu selalu cantik di mataku"
"Aku rasa, aku terlihat jelek sekarang. Badanku tak sexy lagi. ini lemak ada dimana-mana.. huaaaa"
"Lemak dari mananya sih? Dokter saja menyuruh kamu agar lebih banyak lagi makan. berat badanmu untuk ukuran ibu mengandung itu di bawah standart sayang. Berhentilah mendengar perkataan orang. Apalagi membaca komentar netizen yang tak memiliki perasaan itu!" ucap lim tegas melarang.
"Tapi sekarang saja berat badanku sudah naik 5Kg Lim!!"
"5Kg untuk ibu hamil sangat kurang nini. Sekarang berat badanmu Cuma 50Kg. jangan siksa anak kita dengan perkataan orang lain. di dalam sini juga membutuhkan asupan gizi nini. Apa kamu tak kasihan anak kita kurang gizi nantinya?" Lim menunjuk perut jennie yang sudah berada di hadapannya. Ia memegang bahu jennie menundukkan sedikit tubuhnya agar sejajar menghadap istrinya itu.
"Kamu terlalu berlebihan. Aku selalu memakan makanan sehat" jennie membalikkan badannya tak ingin melihat lim yang terlalu berlebihan mengkhawatirkannya, menurutnya.
Lim kembali menegakkan badannya lalu berbicara lagi pada istrinya yang keras kepala itu.
"Sehat? Kamu melakukan diet bukan? Kamu fikir aku tak tau? Hmm? Come on nini, kamu bisa melakukan diet nanti setelah melahirkan! Apa terlalu sulit memakan-makanan sehat untuk anak kita? Apa kamu tak menyayanginya?"
Jennie memejamkan matanya menahan marah karena perkataan Lim padanya. "Apa kamu pikir aku tak punya perasaan Lim? bagaimana juga, ini anak kandungku. Aku tak mungkin menyakitinya!! Kamu berkata seperti itu seakan-akan aku tak menyanyanginya dan ingin menelantarkannya!"
"Aku tak mengatakan kalau kamu-" Lim berusaha melembutkan suaranya yang menurutnya sudah keterlaluan
"Ahh!! Sudahlah. Aku malas berdebat denganmu! Kamu tak pernah tau apa yang aku rasakan, karna kamu bukan di posisiku!" Jennie pergi meninggalakan Lim di ruang khusus pakaian dan masuk ke kamar.
Bantingan pintu kamar terdengar sangat kencang. Sampai-sampai foto yang terpajang di dinding ikut bergetar karena kerasnya. Lim diam terpaku. Ia lupa kalau istrinya itu sedang mengalami hormon yang kurang stabil.
Sejam sudah mereka saling diam. Lim yang masih betah di ruang tamu sembari menonton TV dan Jennie yang sudah berada di dalam kamar. Terdengar suara perut yang sedari tadi berontak minta di beri asupan makanan. biasanya di jam segini ia merengek pada istrinya agar di buatin makan dan menemaninya sampai selesai makan.
Sedari tadi lim hanya mengelus perutnya yang kelaparan. Dengan memberaninkan diri ia masuk ke dalam kamar. Perlahan ia membuka knop pintu dan melihat sekitar kamarnya dan mencari istrinya. Ia berfikir kalau jennie sudah tertidur. ternyata ia tak melihat keberadaan istrinya itu di tempat tidurnya. Ia melangkahkan kakinya menuju balkon kamarnya. Yang ia yakini Jennie pasti berada di sana. benar saja, istrinya itu berada di sana dan sudah terlelap dengan jejak air mata yang mengering di pipi cubbynya.
"Hmmmh, miane nini. Tak seharusnya aku berkata seperti tadi padamu" lirih lim pelan sembari mengecup kening serta menggendong Jennie masuk ke dalam kamarnya.
Lim merasa bersalah, hingga membuat istrinya itu sampai menangis karena perkataannya. Ia sudah tau kalau istrinya itu sedang dalam masa hormon yang tidak stabil. Tapi ia juga tak bisa mengontrol dirinya sendiri menghadapi kehamilan istrinya yang sering membuatnya marah. Masih ada 8 bulan lagi untuk lim harus bersabar menghadapi mood istrinya yang tak stabil itu. sabar adalah jawabannya.