Pernikahan antara Lim dan Jennie hanya tinggal sebulan lagi. Kedua belah pihak keluargapun tengah sibuk mempersiapkan segala kebutuhan acara. sementara itu, mereka sibuk mencari tempat honeymoon yang ingin mereka kunjungi. Angan-angan berkeliling dunia sudah masuk daftar list pasangan yang akan menikah itu.
Swiss, Hawai, New Zealand, Paris dan Bali adalah Tempat yang sangat mereka kunjungi nantinya.
"Nini, kamu ingin punya anak berapa?" Tanya Lim antusias pada Jennie yang sedang asik berselancar di dunia maya. Jennie menghentikan jari-jarinya sesaat mendengar penuturan Lim padanya. Lalu menatap menyelidik kesungguhan di mata Lim. Dan benaknya menyaut untuk menolak.
"Bagaimana kalau aku bilang, aku belum siap Lim?" seketika wajah Lim berubah lesu. Harapannya yang tinggi di hancurkan seketika.
Jennie yang merasa kasihan langsung saja tertawa mengaburkan keenggannya untuk segera memiliki anak. Lim yang melihat jennie tertawa mengerutkan keningnya tak mengerti.
"kamu tertawa kenapa? Ada yang lucu? Aku rasa tidak." Ucap Lim dingin
Sebelum menjawab, Jennie membersihkan tenggorkannya "sorry Lim. Aku hanya bercanda. Wajahmu sangat lucu saat aku mengatakannya tadi. Makanya aku tertawa Lim.." Lim memasang wajah kesalnya karna Jennie menjahilinya.
"uuhh.. my baby cemberut ..cup..cup.." Jennie menghadiahi wajah Lim dengan ciuman bertubi-tubi.
"Baiklah, kamu memangnya ingin punya anak berapa sayang?" Tanya Jennie menggelayut di lengan kekar Lim.
Seakan lupa Dengan kekesalannya, Lim menjawab dengan sumbringah "aku ingin punya keluarga besar. Buat kesebelasan mungkin menyenangkan sayang" jawabnya enteng. Lim tak melihat wajah Jennie yang membulatkan matanya sempurna.
"APA?? kalau begitu, kamu saja yang hamil dan melahirkan!" Ujar Jennie ketus. "kamu pikir aku kucing? Kesebelasan? Yang benar saja" gumam Jennie terdengar oleh Lim. Lim hanya tertawa mendapati wajah calon istrinya itu cemberut dengan permintaanya.
"Just kidding baby. aku juga tidak tega melihat kamu tiap tahun melahirkan. Sepasang mungkin lebih baik" ucap Lim sembari memeluk calon istrinya yang cemberut itu.
"atau apa saja yang di kasih Tuhan, aku terima dengan senang hati.." tambah Lim lagi.
Jennie tersenyum dengan apa yang di katakan Lim.
Benar kata orang, mendekati hari bahagia, pasti akan terkena syndrome shock before married. Perdebatan kecil sering mereka alami.
Seminggu sebelum pernikahan terjadi, Lim dan juga Jennie go public tentang hubungan dan rencana pernikahan mereka. Banyak yang terkejut dan tak menyangka dengan pengakuan dari keduanya. 7 tahun mereka tutupi dengan rapat hubungan mereka tanpa di ketahui banyak orang. Jangankan menggosipkan mereka, berfikiran mereka kenal saja tidak. Jadi, ini adalah kabar yang paling menggemparkan saat ini. ada yang patah hati dan ada juga yang mendukung hubungan mereka.
Raut wajah tegang tampak di wajah sepasang kekasih yang sebentar lagi akan mengikat janji suci itu. di depan altar sana, Lim sudah menunggu Jennie dengan jantung yang berdebar kencang. Cantik. Pandangan mata Lim tak lepas dari calon istrinya yang sedang berjalan sangat anggun menuju altar yang di temani calon ayah mertuanya.
Air mata bahagia tampak pada wajah kedua belah pihak keluarga. anak, sekaligus adik paling bungsu mereka kini akan memiliki keluarga dan kehidupan yang baru. Tak ada lagi adik manja yang selalu merengek pada mereka nantinya.
"Inilah janji nikah saudara yang harus di pegang teguh sampai maut memisahkan. Sesuai dengan niat hati saudara yang tulus dan suci, hendaklah saudara/i berdiri di hadapan Tuhan serta menjawab pertanyaan ini dengan jelas dan tegas" printah Pendeta di depan altar memberkati kedua mempelai.