III. A Puzzle

740 98 6
                                    

Mulai sejak orang itu hadir pada waktu-waktu yang tak terduga, Jennie merasakan kehadiran orang itu tidaklah buruk untuknya. Gadis itu sadar keanehan yang terjadi pada dirinya. Mampu merasa nyaman meski orang itu baru ia kenal.

Setiap hari di waktu yang sama di saat hari kerja, Jennie dan orang itu selalu bertemu di stasiun kereta. Mulai saling bercerita. Meski tetap saja orang itu yang selalu mendominasi obrolan. Jennie tidak keberatan sama sekali. Gadis itu selalu menikmati obrolan ringan mereka. Terkadang ikut tertawa atas reaksi lucu yang orang itu berikan.

Selain Wendy, hanya orang itu yang mampu bertahan atas sikap dinginnya.

"Kapan kamu ada waktu luang?" Tanya Jennie memberanikan diri. Entah apa yang terbesit di pikirannya, sedetik kemudian ia mengutuk dalam hati. Rasanya, dirinya seperti gadis yang mudah mengajak seseorang yang baru saja di kenal untuk berkencan. "Apa? Berkencan?! Tidak!" Pikirannya meracau.

Orang itu menoleh. Menaikkan sebelah matanya berfikir dengan telunjuk mengetuk-ngetuk dagunya.

"Lu...lu-lupakan" seru Jennie gagap.

"Weekend?" Gumam orang itu. "Kenapa?" Tanya orang itu polos.

Jennie menggoyangkan tangannya terlihat gugup. "Ti-tidak" sececah kebahagiaan singgah di hatinya dan menyimpan senyum tipisnya kala mendengar penuturan orang itu.

"Aku weekend ada waktu luang. Tapi, itu minggu depan. Untuk besok, aku akan pergi tugas kerja ke Tokyo" kata orang itu berterus terang.

Bahu Jennie yang kaku sontak terjatuh lunglai. Sececah bahagia yang ia rasakan tadi, mendadak sirna. Berarti beberapa hari kedepan, gadis itu tak akan melihat orang itu. Suasana hatinya sendu. Ia ingin melarang, namun siapa dirinya?

Orang itu tersenyum hangat lalu merangkul Jennie lebih dekat padanya. "Jika pekerjaanku selesai lebih cepat, aku akan segera kembali dan kita bertemu"

Perasaan hangat, nyaman di dalam dekapan orang itu membuat Jennie di terpa perasaan aneh. Untuk pertama kalinya ia berada di dekap orang asing. Dan itu tidak bisa ia tolak. Perasaan yang ia rasakan saat ini, seperti kembali pulang ke rumah.

Desiran darahnya melonjak drastis. Debaran di dadanyapun ikut bergemuruh kencang. Perasaan seperti apa ini? Tatapan matanya berkilau-kilau. Jennie benar-benar merasa aneh dengan dirinya.

"Musim semi sebentar lagi. Temani aku melihat sakura" Jennie mengangguk setuju dengan orang itu.

Di bangku stasiun kereta bawah tanah, Jennie dan orang itu masih nyaman merangkul dekat. Sesekali tertawa atas reaksi dari video yang orang itu tunjukkan padanya. Ia sangat menikmati kedekatan dirinya dan orang itu.

Sudah 2 hari Jennie tidak bertemu dengan orang itu. Perasaan rindu dengan egoisnya berontak ingin di kunjungi. Kegalauan hatinya terlihat jelas oleh sepupunya Wendy. Wanita itu heran atas perubahan sikap Jennie yang tiba-tiba semangat dan tiba-tiba tak bergairah.

Matanya menelisik mencari jawaban.

"Kamu kenapa? Dari pagi aku perhatikan, mood kamu berubah-ubah. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?" Tanya Wendy penasaran.

Jennie menggeleng lemah. Ia juga bingung atas apa yang terjadi pada dirinya. Kenapa orang itu mampu mengendalikan dirinya? Bukankah komunikasi mereka berjalan lancar?

"Kalau ada yang mengganjil di pikiranmu, ceritakan padaku. Jangan menyimpannya sendiri"

"Aku tidak apa-apa, Wendy. Mungkin siklus bulananku akan tiba" elak Jennie.

23-28 JENLISA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang