IX. BABY BLUES SYINDROME [End]

2.8K 209 15
                                    

-Happy Family-

Sebulan setelah lelah dan putus asa hinggap pada Lim karena Dr.Tea tak juga kunjung menghubunginya, ia di kejutkan dengan isi pesan dari orang yang sangat ia harapkan kedatangannya. Dr.Tea mengatakan kalau ia telah sampai di korea, dan Lim beserta istrinya di tunggu kedatangannya. Seperti angin segar sehabis badai panjang, doa dan harapan yang selalu ia panjatkan di kala malam di penghujung pergantian hari, yang selalu rutin ia lakukan hanya untuk memelas belas kasihan dari Sang PEMILIK untuk keluarga kecilnya.

Tuhan mendengar setiap doa yang kita panjatkan meski di sudut kamar kecil sekalipun. Ia mendengar walau kita berbisik dalam hati sekalipun. Jangan ragukan KEBESARANnya, jangan takar logika manusiamu dengan DIA yang SEMPURNA. Hanya bersimpuh memohon pengampunan atas segala tindak tanduk yang kita lakukan selama ini. IA pemaaf. Ingat, DIA PEMAAF.

Lagu Lauren Daigle – You Say sebagai pengiring perjalanan Lim dan Jennie ke rumah psikolog mereka dulu. Dr.Tea, panggilannya.

Hening tak bergeming menatap luar dari kaca jendela. Jennie merasakan genggaman tangan lembut dari suaminya, Lim mengusap serta membawa dekat dengan bibirnya untuk di kecupnya.

Lim seakan menyampaikan isi hatinya melalui lagu yang ia putarkan untuk Jennie. Hal romantis yang selalu bisa membuat jennie berseri dalam senyumannya. Banyak bahasa yang bisa di sampaikan bila bibir sulit berkata-kata. Tatapan mata yang tak mungkin berbohong. Senyuman tulus. Perlakuan sederhana namun bermakna dalam. Cukup mampu membuat seorang Jennie perlahan bangkit melawan ketakutannya.

Tak lagi ada jeritan frustasi. Tak lagi ada air mata kesal. Tak lagi ada fikiran negative pada suaminya. Tak ada lagi ada rasa iri pada putri kecilnya, Larissa Kim Manoban. Dan tak lagi ada niatan untuk mengakhiiri hidupnya. Semua perlahan berubah indah.

Dengan kesabaran yang Lim miliki berkat bantuan keluarga tentunya, mereka dapat melalui badai besar dalam rumah tangga yang masih seumur jagung ini.

Rasa Cinta yang semakin hari kian tumbuh seperti tak ingin layu. Kasih sayang yang Jennie tunjukkan pada putri kecil mereka terlihat tulus dan jujur. Air mata bersalah sempat ia tetaskan di kala senyuman yang baru pertamakali ia lihat di bibir mungil putri mereka, Larissa Kim Manoban. Ikatan batin yang begitu kuat terasa.

"Your in my life, Larissa Kim Manoban" gumam jennie tersenyum menatap mata bulat putri kecilnya itu kala memberi asi.

Mata bulat yang miliki bulu panjang nan lentik persis seperti daddynya. Pipi bulat dan senyuman persis seperti dirinya. Tak ada lagi kata, di atas kata sempurna. Hidupnya sangat sempurna Tuhan berikan. Tak pernah ada kata penyesalan meski banyak badai mereka lalui. Ia mengubah badai menjadi bumbu seperti masakan agar seimbang.

Berbulan-bulan jennie lalui dengan rutin mengunjungi psikolog bersama Lim tentunya. Kemajuan begitu pesat berkat keinginan dari diri sendiri, meski ada orang luar sebagai pendukungnya. Dan setahun sudah berlalu cukup jauh di belakang beserta kenangannya. Cukup melihat kedepan meski sesekali melirik masa lalu dari kaca spion sebagai pembelajaran untuk kedepannya.

Banyak petuah mereka dapatkan seperti, ketulusan akan menghantarkan kamu pada ketulusan lainnya. Matamu tak dapat berdusta meski acap kali bibirmu melakukannya. Dengarkan kata hatimu jika ingin kejujuran. Jangan abaikan naluri jujurmu dengan persepsi sepihak. Kamu akan mendapatkan buah manis dari pohon yang kamu tanam dan pupuk secara benar. Dua orang asing di satukan karena adanya campur tangan takdir jodoh dariNYA. Kamu adalah tulang rusuknya. Dan dia adalah Pemiliknya. Kamu bukan lagi dua melainkan satu. Satu nyawa yang hidup di dua raga. Dan bonusnya adalah malaikat yang di titipkanNYA pada satu nyawa. Yaitu Larissa Kim Manoban, buah cinta dari LIM dan Jennie.

23-28 JENLISA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang