-LARISSA KIM MANOBAN-
Hari yang di tunggu-tunggupun tiba. Persalinan Jennie berjalan dengan yang sangat menguras tenaga dan emosi. Ketakutannya yang semakin menjadi-jadi membuat persalinannya sedikit berjalan lambat.
Tapi, bersyukur Lim dapat bernafas lega dan kini ia dapat melihat bayi mungilnya. Dan jennie masih dalam keadaan tidak sadarkan diri di ruangan oprasi. Dokter berkata, setelah pasien siuman, baru akan di pindah ke ruangan biasa yang bisa di jenguk siapa saja.
"Hei cantik, kamu mimpiin apa sih? Senyum-senyum sendiri. Bagi-bagi sama daddy dong" ucap Lim ikut tersenyum ketika melihat putri mungilnya tersenyum dalam tidurnya. Ia terus menatap bahagia putri mungilnya dari balik dinding kaca.
Kebahagiaanya keluarga kecil mereka kini sempurna karena kehadiran Larissa Kim Manoban di tengah-tengah keluarga mereka. Larissa Kim Manoban adalah nama yang Lim dan Jennie pilih untuk nama anak mereka jika berkelamin perempuan. yang memiliki arti Gadis periang yang kreatif berani dan pekerja keras. Lim dan juga Jennie berharap kelak putri mereka tumbuh menjadi seperti arti nama yang mereka berikan.
Hari-hari berlalu seperti biasanya. Namun Jennie, bersikap berbeda dari dirinya yang dulu. Ia engga memberikan asi pada Larissa. Jangankan memberi asi, untuk sekedar menenangkan bayinya saja saat menangis, ia tak mampu. Ia ikut menangis frustasi saat mendengar putrinya menangis. Mengadu meminta pertolongan pada mommynya atau kakak-kakaknya yang mau tak mau membantunya mengasuh Larissa.
Lim berusaha bersabar akan sikap istrinya yang semakin memburuk paska melahirkan. Baby Blues yang istrinya alami membuat ia tak sampai hati pada putri kecil mereka. Dengan terpaksa Lim harus memberi susu formula pada Larissa agar putri kecilnya itu tetap mendapat asupan protein dan gizi yang cukup.
Mommy Jennie terus membujuk putri bungsunya itu agar mau menggendong dan memberikan asi pada Larissa, cucunya. Namun keinginan itu hanya sesaat saja berlaku. Sejam kemudian, Jennie dengan rengekan seperti anak kecil meletakkan putrinya di atas kasur dengan asal.
Ia tak memperdulikan tangisan Larisaa yang sudah berontak meminta asi. Jennie menjauh menatap nanar dari sudut kamar menutup telinganya. Ia menggeleng kepalanya tak ingin mendengar suara tangisan bayi. Ia menjerit berteriak memanggil seisi rumah agar menjauhkan putrinya itu dari dirinya. Ia benci suara tangisan. Ia benci bila waktu tidurnya terganggu. Ia benci saat ia tak mampu menenangkan putrinya. Ia benci bila Lim mengabaikannya dan lebih memperhatikan Larisaa, putrinya sendiri. Ia benci perhatian keluarganya tak lagi untuknya seutuhnya.
"sayang, risa haus. susuin yah" bujuk mommy Jennie lembut.
"tadi uda nini coba kasih mom. Tapi dia menolak bahkan menangis kencang kayak gitu" dalih Jennie merengek mencari pembenaran
"Bagaimana risa tak menangis dan menolak asimu kalau kamu kasar kayak tadi" saut Kristal kesal memasuki kamar adiknya karena mendengar suara triakan tadi, lalu menggendong Larisaa, keponakannya itu dari tempat tidur perlahan. Ia marah dengan sikap adiknya yang menurutnya terlalu manja di buat-buat. Menurutnya.
"Sadar nini, kamu sekarang punya Larissa. Putri kandung kamu dan Lim. dia butuh kasih sayang kamu. dia butuh ibunya. Bukan orang lain" Kristal memarahi Jennie sambil menenangkan keponakannya yang menangis.
Mommy mereka hanya diam membenarkan perkataan putri tertuanya itu. dengan lembut dan sabar, ia kembali membujuk putri bungsunya itu agar merubah sikapnya
"Jangan di manjain mom. Dia keenakan entar. Ngerengek dikit ada mommy, triak dikit ada yang bantu dia buat ngasuh risa. Kasian risa punya ibu macam dia yang ga punya HATI" Kristal memberikan Larissa yang sudah tertidur pada mommy mereka