Warning ⚠ 21+
Special 4705 kata!!Abaikan typo!
Happy reading
---------------------------------Flashback
Jennie POV
Ini sudah sebulan aku masuk Universitas Meiji Gakuin, di Tokyo. Aku mengambil jurusan psikolog, sesuai impianku. Aku suka mendengar curhatan teman-temanku dan aku juga senang memberi masukan dan nasehat untuk mereka. Itu seperti memiliki kebahagiaan tersendiri buatku.
Di kampus, aku memiliki teman seorang gadis. Ia cantik, pintar dan tinggi. Kami semakin akrab dari hari ke hari. Namanya Park Chaeng. Yaa, dia keturunan korea yang sudah lama tinggal di Jepang. Ayahnya seorang diplomat. Dan ibunya seorang dokter bedah.
Setengah semester hubungan pertemananku dengan Chaeng semakin akrab, hingga dia mengenalkanku dengan Lisa, sahabat karibnya.
Manis. Itu kata pertama yang lolos dari bibirku begitu saja. Chaeng tertawa melihat ekspresiku yang terpesona melihat sahabatnya itu. Jujur, Lisa benar-benar sangat manis. Apalagi jika tersenyum.
Seiring waktu berlalu, pertemananku dengan Lisa semakin lebih intense. Kami sesekali pergi tanpa Chaeng. Makan jajanan pasar atau sesekali pergi ke Yokohama, kota tempat kedua orang tuaku tinggal. Kami selalu pergi di akhir pekan.
Di sana, kami suka mengunjugi kota tua. Menelusuri museum yang ada di sebelahnya. Mendengar penyanyi jalanan melantunkan lagu yang romantis. Terkadang Lisa meminta di nyanyikan sebuah lagu. Dari Kaai Yuki yang berjudul Ikanaide(Jangan Pergi). Padahal itu bukan lagu romantis. Tapi Lisa sangat suka mendengar lagu itu. Lagu yang pada akhirnya juga menjadi favorite ku. Lisa mengenalkanku banyak hal.
Kepribadiannya yang baik, ramah, sopan membuat debaran di dadaku selalu saja berulah. Aku bingung sekaligus senang dengan debaran ini. Sikap gentlenya saat bersamaku, membuat perasaanku nyaman. Sepertinya aku jatuh hati padanya.
Semester pertama berlalu. Kami mendapat jatah libur yang ku pergunakan dengan baik.
Aku kembali ke Yokohama, untuk mengunjungi orang tuaku.Semenjak libur, aku menjadi jauh dari Lisa. Karna dia menetap di Tokyo. Rasa khawatir, curiga tiba-tiba saja menyelimuti pikiranku padanya. Padahal, kami hanya sebatas teman. Teman tak seharusnya bersikap berlebihan-kan? Aku masih bingung dengan perasaanku.
Tepat saat dimana pesan dan telfonku tidak ia gubris sama sekali olehnya, membuatku kelimpungan mencarinya. Cemas, kesal bercampur menjadi satu. Aku ingin marah karna dia mengabaikan panggilanku! Tapi siapa aku? Apa hak-ku marah? Teman tidak seharusnya bersikap berlebihankan?
Tapi, saat notified dari Lisa tertera di layar ponselku, segera ku angkat dan ku tumpahkan kekesalanku padanya. Itu lolos begitu saja tanpa bisa ku cegah, bersamaan dengam lolosnya air mataku. Aku juga bingung apa yang terjadi padaku.
Di sebrang telfon Lisa meminta maaf berkali-kali padaku. Dia menjelaskan alasannya mengabaikan semua panggilan dan pesanku. Ponselnya jatuh ke air. Layarnya menjadi hitam. Bunyi pesan dan panggilan terdengar. Namun tak terlihat siapa yang menghubunginya. Akhirnya dia memperbaikinya dan pergi ke tukang service.
Sehari setelah kejadian itu, tanpa sepengetahuanku, Lisa datang mengunjungiku. Dia jauh-jauh datang ke Yokohama demi menemuiku. Aku tak bisa menggambarkan seberapa besar kebahagiaanku saat ini.
Dia datang membawakan-ku boneka beruang yang kecil. Itu sangat lucu. Aku sangat menyukainya.
Senyuman manisnya selalu mendebarkan jantungku hingga tak beraturan. Namun aku menyukai sensasi debaran itu.