AUTHOR POVSaat ini Lisa sedang menelfon orang tuanya. ia ingin tau perkembangan ibunya. Tapi yang ia dapati adalah kabar tidak baik. keadaan ibunya semakin memburuk dan naasnya lagi ayahnya tau, kalau Lisa bekerja sebagai penari strip-tis. Dewi keberuntungan seakan enggan menghampirinya. Dari kejadian masa lalu yang di perkosa, ibunya jatuh sakit, menjadi penari strip-tis dan sekarang hati orang tuanya hancur karena pekerjaan lisa yang sangat tabu ini, Menangis. hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini. Ia ingin pulang untuk melihat ibunya dan terlebih ingin meminta maaf pada orang tuanya. ia memaki dirinya sendiri.
Semenjak Lisa bekerja sebagai strip-tis, ia tak lagi tinggal di rumah bersama kedua orang tuanya. Ia lebih memilih menyewa rumah yang jauh dari keluarganya. Itu ia lakukan hanya untuk menjaga nama baik orang tuanya. gajinya sebagai penari sanggar sebenarnya cukup. Tapi ia ingin meringankan beban ayahnya dengan membantu biaya pengobatan ibunya yang tak sedikit.
Siang ini ia kembali ke rumahnya untuk melihat keadaan ibunya. Ia tak peduli jika ayahnya memarahinya. Ia akan menerima caci maki dari kedua orang tuanya jika itu bisa menebus kesalahannya.
Di dalam perjalanan menuju jeju, tempat orang tuanya tinggal, Lisa hanya menatap kosong ke luar jendela.
Setelah sampai di depan rumahnya, ia terdiam membeku melihat ibunya yang sedang di papah ayahnya semakin kurus dan menghitam akibat kemoterapi yang di jalani ibunya. Air matanya tak lagi terbendung, ia menutup mulutnya menjerit dalam diam.
“bu..”
lirihnya dalam tangis. Ia tak ingin menunjukkan air matanya pada ibunya. Ia harus kuat. Agar ibunya semangat melawan penyakitnya.
Segera ia hapus air matanya dan memaksakan bibirnya tersenyum.“Lisa pulang..” ucapnya lalu menghampiri orang tersayangnya dan memeluk ibunya.
“sayang, ibu kangen. Kamu jarang sekali pulang. Apa pekerjaanmu sangat menyita waktumu hmm? Jaga kesehatan mu nak” ucap ibunya sembari mengelus kepala Lisa dengan kasih sayang. ayahnya hanya melihat tanpa berkomentar apapun.
Ayahnya tidak sanggup menceritakan apa yang Lisa kerjakan di luar sana. jadi, hanya ayahnya sendirlah yang mengetahui apa perkerjaan Lisa. Lisa berusaha tersenyum tanpa air mata dengan apa yang ibunya lakukan.
“Bagaimana kemoterapi ibu? Apa berjalan lancar yah?” Tanya Lisa pada ayahnya sembari memijit pelan kedua kaki ibunya yang saat ini tengah tertidur.
“Kita bicarakan ini di luar” jawab ayahnya dingin tanpa memandang wajah anak gadisnya itu. Lisa beranjak pelan meninggalkan ibunya yang tengah tertidur.
“sel kanker ibumu sudah stadium akhir.” ayahnya menjeda ucapannya berusaha tegar
“Jadi, dokter menyarankan agar ibu di rawat di rumah saja, dan dokter berpesan, agar membuat ibumu selalu bahagia dengan mengikuti semua apa yang menjadi kemauan ibumu..” lanjut ayahnya yang tak lagi bisa menahan air matanya. Air mata Lisa juga jatuh bersamaan dengan saat ayahnya menitihkan air matanya.
“Ibu..Lisa belum siap bu...” jerit Lisa dalam hati.
“Apa Ibu jadi kehilangan nafsu makan yah? Lisa lihat, tubuh ibu semakin kurus”
“Iya. Itu salah satu efek dari kemoterapinya. Bukan hanya nafsu makan saja yang hilang. Tapi, ibu kehilangan banyak rambutnya, selalu mual dan muntah, sulit tidur, sering mimisan bahkan sempat mengalami gangguan psikologis seperti stress, depresi dan cemas” ucap ayahnya memberi penjelasan sambil sesekali menarik nafasnya panjang.
***
LISA POV
Hatiku rasanya seperti di tusuk-tusuk pisau. Sakit. mendengar setiap apa yang ayah ucapkan tentang keadaan ibu. Air mataku berkali-kali tumpah mendengar penderitaan ibu selama di kemo. Aku menjadi anak yang tidak berguna dengan membiarkan ayah sendiri menjaga ibu. Aku mengukutuki diriku sendiri. “Tuhan, ku mohon jangan ambil ibu dariku.. hiks” rasa takut kehilangan terus menghantuiku.