Seperti biasa. Dengarkan lagunya
≈Can't Smile Without You≈
————————————
————————————Jennie mengabaikan dua puluh delapan kali panggilan dari Nancy. Gadis itu masih menyimpan kesal karena Nancy sudah menjebak Lisa agar menunjukkan sisi lain dari dirinya, yang tak ingin di ketahuin banyak orang.
Sore tadi, Nancy mengirimnya pesan dan memberitahukan apa yang ia bicarakan pada Lisa.
"Kalau saja aku sedang tidak sakit, aku sudah menggantungmu, Nancy" gerutu Jennie melempar asal ponselnya di atas kasur.
Gadis itu sedang mengalami sakit maag akut. Hampir seminggu ia hanya terbaring lemah tak berdaya. Jika masih bisa di tahan, Jennie akan menahan sakitnya agar kembali masuk kuliah. Namun sayangnya, maag kali ini tidak bisa di ajak kompromi.
Tujuannya hanya satu bila bisa menahan sakit. Ia hanya ingin melihat Lisa dan berada di dekat gadis itu. Rindunya sudah menumpuk setinggi gunung Himalaya. Sedalam palung Mariana. Seluas jagat raya. Jennie benar-benar sangat merindukan Lisa. Rindu setengah mati.
Dug
Dug
DugPintu kamar Jennie di gedor kencang seperti petugas keamanan yang akan menciduk pasangan mesum.
"Jennie.... Jennie... Buka pintunya bodoh. Kamu mengabaikan dua puluh delapan kali panggilan dariku! Ka—" ucapan Nancy terhenti karena Jennie sudah membuka pintunya dengan wajah menyeramkan.
Barisan gigi berjajar, beserta dua jari terangkat menandakan 'damai' di tunjukkan oleh Nancy. Lalu gadis itu terkikik melihat penampilan Jennie yang sangat berantakan.
Rambut di gulung asal, wajah sembab kebanyakan tidur dan piyama yang tak selaras antara baju dan celana yang ia pakai.
Tatapan tajam Jennie meredup saat melihat seseorang sedang berdiri di belakang Nancy. Matanya membulat tak percaya dengan apa yang di lihatnya membuat ia terpaku di tempat.
"Hei... Jennie! Sadarlah bodoh"
"A–aku tidak sedang bermimpikan?"
Nancy menggeleng kepalanya lalu tertawa. Melirik Lisa yang berdiri di belakangnya sedang menatap Jennie tersenyum, sangat tipis.
"Lisa, kamu di anggap hantu olehnya" adu Nancy pada Lisa di belakangnya.
"H–hai, Jennie" sapa Lisa mengangkat tangannya.
"Oh—my—God" gumam Jennie menutup mulutnya tak percaya, berbalik, menutup pintu kamar dan mengutuk Nancy.
Jennie tergesa-gesa berlari kecil ke kamar mandi, membasuh wajahnya dan akan mengganti baju yang ia kenakan, dengan pakaian yang lebih sopan di pandang mata. Title dirinya sebagai bidadari kampus, tenggelam tanpa bisa tertolong hari ini. Lisa sudah melihat sisi lain dari dirinya.
Di luar kamar, Nancy menertawakan reaksi Jennie saat melihat Lisa. Ia sudah menebak akan seperti apa wajah gadis itu saat mengetahui Lisa akan datang menjenguknya saat ini. Di sampingnya, Lisa melipat bibirnya menyembunyikan senyuman saat melihat sisi lain dari Jennie, si bidadari pengganggu dalam keadaan yang tak layak di sebut bidadari.
"Jennie... Apa kamu akan membiarkan gadis pujaanmu terlalu lama berdiri di luar?"
"Aku akan membunuhmu Nancy!" Saut Jennie dari dalam.
"Aku akan masuk bersama Lisa. Kenakan pakaianmu, jangan membuat Lisa pingsan karena melihat tubuh telanjangmu" ucap Nancy kembali memperingati.
Lisa yang sudah sering bersama dengan Jennie, menjadi terbiasa dengan ucapan-ucapan frontal yang gadis itu ucapkan. Namun ucapan Nancy tentang tubuh telanjang, mampu membuat wajahnya memanas. Bulu-bulu halus di punggungnya–pun ikut bereaksi. Errrr... Lisa menggidik ngeri atas reaksi tubuhnya sendiri.