2

16.6K 1K 3
                                    

Hampir tiga puluh menit aku merenung dikamar. Jam sudah menunjukkan angka 11.30 saat aku keluar dari kamar. Aku melihat mas Abi tidur di sofa. Walaupun baru satu minggu aku menjadi istri nya, ada rasa tidak rela saat melihatnya tidur di sofa.

Apa yang ada dipikiran pria ini sampai bertindak seperti ini. Satu minggu yang lalu setelah akad nikah mas Abi tidak menampakkan batang hidung nya disini. Namun malam ini dia tiba-tiba datang.

Ku lihat wajah mas Abi yang damai dalam tidurnya. Baru kali ini aku melihatnya sedekat ini. Kulit nya yang agak kecoklatan, hidung mancung dan bibir..... Astaghfirullah apa yang kulakukan. Tak sepantasnya aku melihat mas Abi se intim ini.

"Mas, mas Abi." tidak ada sahutan.

"Mas Abi." kuberanikan menoel lengannya. Dia mengerjap. Agak bingung melihat keberadaanku.

"Tidur dikamar aja Mas." aku duduk di seberang sofa. Mas Abi ikut duduk juga. Dia menatap kudatar.

"Kamu?"

"Oh, aku bisa tidur di kamar tamu." Dia tidak beranjak, Kepalanya menunduk. Kulihat tangannya memijit pelipis.

Mungkin pusing, pikirku.

"Boleh minta air putih?"

Kulangkahkan kaki ke dapur mengambil segelas air. "Ini mas." mas Abi menghabiskannya dalam dua kali teguk.

Aku kembali ke kamar, mengambil selimut dan bantal. Aku berkemas untuk tidur dikamar tamu. Saat aku keluar, mas Abi melirikku

"Aku pulang saja."

Nah....

"Kamu nggak nyaman," lanjutnya lagi.

Itu tau.

Aku cuma diam. Kulihat mas Abi kembali memakai jaketnya dan mengambil kunci mobil di atas meja.

"Aku pulang". Dia menatapku sebentar dan melenggang keluar. Aku mengangguk.

Selepas mas Abi pergi, aku melanjutkan tidur. Aneh, hanya itu yang ada dipikiranku. Aku memang tidak tau sifat asli mas Abi. Aku mengenalnya dua tahun yang lalu saat menjadi nasabahnya. Ya..... Hanya itu.

Dua minggu berselang setelah kejadian itu, mas Abi tidak datang lagi. Aku pun tidak terlalu memikirkannya. Bagiku yang penting rumah tangga mas Abi baik - baik saja.

Selama mas Abi tidak pulang, aku tetap bekerja. Karena mas Abi tidak menyuruhku berhenti. Toh menjadi dosen itu tidak terlalu menyita waktu, apalagi sebagai dosen di Akademik yang membutuhkan waktu empat sampai lima jam sehari. Aku hanya memegang satu mata kuliah yaitu patologi kebidanan.

Saat aku sedang menyelesaikan materi kuliah untuk besok, Sebuah pesan masuk ke ponsel ku.

Mas Abi
Nanti aku mampir

Aku berkedip membaca pesannya. Mas Abi mau kesini?

SEKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang