15

6.9K 700 16
                                    

Sudah dua hari Aku mendiamkan Mas Abi. Namun kewajibanku sebagai Istri tetap Aku lakukan.

Apalagi sekarang Mbok Nah sudah di sini.
Yang Aku lakukan hanya sekedar membantunya.

"Ma, Diba enggak mau ke rumah nenek." Diba tiba-tiba merengek.

Setiap hari minggu Anak-anak Mas Abi memang pergi ke rumah neneknya.

"Kenapa?" Tanyaku.

"Aku mau di rumah saja, sama Mama."

"Yuk, Papa anterin." tiba-tiba Mas Abi sudah ada di sampingku.

"Teh Mira dan Teh Lia mana?"

"Masih di kamar." Sahut Diba.

" Ikut?" Mas Abi melirikku.

Aku menggeleng.

"Ma...." Diba masih merengek.

"Diba nggak mau ikut." Akhirnya keluar juga suaraku.

Mas Abi mengernyitkan keningnya. "Kenapa?"

"Pasti ada Bunda." Mata Diba mulai berkaca-kaca.

Ada apa sebenarnya antara Mba Farah dan anak-anaknya?

Mas Abi menatapku datar. "Jadi tinggal sama Mama?"

Diba mengangguk.

"Yuk Pa," Alya turun dengan memakai kaos dan celana jins.

Mas Abi melihat ke kamar Mira yang belum ada tanda-tanda pintunya terbuka. "Teh Mira?"

"Nggak pergi, ada janji sama temannya." Lia menyalamiku dan pergi dengan Papanya.

Mas Abi kembali melihatku. "Aku pergi dulu."

Aku mengangguk.

"Ma, Diba nonton ya."

Aku mengangguk dan menyalakan televisi.

"Mbok, Aku mau nanya."

Mbok Nah yang sedang mencuci piring, berbalik.

"Apa Non?"

"Risa saja Mbok, nggak pakek Non."

Mbok Nah menatapku sedikit kikuk.

"Nggak apa-apa Mbok," Aku kembali meyakinkannya.

"Iya Non, Eh, Ris .. Ibu Saja, ya?"

Aku menghela nafas.

"Senyaman Mbok lah,"

"Aku penasaran dengan hubungan Mba Farah dan anak-anak."

Mbok Nah melihatku sedikit ragu.

"Aku nggak ada maksud apa-apa Mbok." Ucapku dengan suara rendah.

"Nyonya sebenarnya baik Bu," Mbok Nah mulai bercerita.

"Mungkin karena Nyonya begitu mencintai pekerjaannya, jadi seperti itu."

"Seperti apa?"

"Nyonya, jarang ada di rumah, dari Non Mira lahir sampai Non Diba, tidak pernah diurusnya."

Mbok Nah tidak lagi melihatku.

" Suaminya yang mengurus Anak-anak, di bantu Ibu nya Den Abi. makanya anak-anak tidak begitu dekat dengan Nyonya."

Mbok Nah menyeka air yang keluar dari sudut matanya. "Saat Nyonya hamil anak ketiga, Nyonya marah dan tidak menerima kehamilannya."

"Nyonya merasa kehadiran anak-anak mengganggu pekerjaannya."

"Saya sering melihat nyonya memarahi Diba waktu masih umur tiga tahun."

Mbok Nah kembali mengusap pipinya yang penuh dengan air mata.

SEKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang