EPILOG

6K 447 30
                                    

Bahagia melihat keluarga harmonis setelah pergulatan batin yang cukup menguras emosi.

Langkah Awal yang salah karena pembenaran sepihak dari keegoisan sikap, membuat seorang Abi Laksmana, Suami Farisya dan Ayah dari Empat putra putrinya ini lebih bijak dalam menyikapi permasalahan rumah tangganya.

Didampingi oleh seorang Istri yang masih belia dibanding dengan usianya, Abi bersyukur bisa melewati hari harinya yang indah.

Tiga orang putri yang dikarunia dari istri pertama dan seorang putra dari istri keduanya.

Dikatakan, lelaki hidung belang, lelaki bangsat, ataupun lelaki tidak tau diri tidak membuat Abi pesimis.

Ia tau salah.

Karena saat masih bersama Farah dia jatuh cinta pada sosok Farisya, mahasiswi semester akhir dengan segala kesederhanaannya.

Kalaupun langkahnya pernah salah, namun ia tidak ingin mengulang kesalahannya dengan menyia-nyiakan Istri yang rela mengabdikan seluruh hidupnya demi dirinya dan anak-anak.

"Mas,"

Abi menoleh saat istrinya memanggil.

Dipandanginya wajah yang begitu indah bak bulan purnama dengan tatapan teduhnya, hidung mancung dan bibir yang selalu merah tanpa polesan lipstik.

Risa yang dipandang sedemikian intim oleh Abi jadi salah tingkah.

"Sini," Abi menepuk sofa di sampingnya.

Setelah Risa duduk, Abi membawa tangan Risa ke pangkuannya.

"Ada apa?" Tanya Abi setelah puas memandang istrinya.

Risa menatap Abi. "Mira, mau ke sini."

Abi mengernyit, bingung.

"Mau kenalin calon suaminya," Sambung Risa.

Abi mengusap tangan istrinya dengan ibu jari.

"Kapan?"

"Nanti malam,"

Abi menghela nafas.

"Telepon Mira, besok saja. jangan malam-malam."

"Rey, sibuk siangnya Mas."

"Kalau begitu, akhir pekan." Putus Abi.

Risa mengangguk. "Baiklah, Aku hubungi dia dulu."

Risa menghubungi Mira dan menyampaikan apa yang dikatakan Papanya.

Setelah itu, Risa kembali ke ruang tengah.

Risa melihat suaminya sedang ngobrol dengan Al, putranya.

"Al, nanti ulang tahunnya di rumah aja, Pa."

"Nggak mau di tempat yang ramai banyak orang?" Tanya Abi.

Putranya menggeleng.

"Nanti kan ramai juga, teman-temen Al datang semua." Jawab Al.

Abi manggut, sebelah tangannya mengusap dagu.

"Memang, Al mau ngundang teman-teman semua?" Kini Risa yang menimpali.

Al, melihat Mama nya.

"Kata Mama kemarin boleh,"

"Maksud Mama, teman Al yang di panti."

"Jadi bukan teman sekolah Al?"

Risa menggeleng. "Tapi, kalau Al mau undang temen sekolah juga boleh."

Al menatap orang tuanya bergantian.

Melihat raut wajah putranya yang seolah sedang memikirkan keputusan terbaik, Abi tertawa.

SEKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang