Permintaan Mas Abi sama sekali tak kuhiraukan.
Saat Mas Abi pulang Aku sudah tidur.
Gimana enggak tidur? Nangis seharian, makan kurang selera ya capek lah.
Alhasil setelah sarapan pagi Mas Abi meminta haknya.
Setelah hampir satu jam bergelung dengan peluh kenikmatan, kami membersihkan diri, dan Akulah orang pertama yang ngebirit ke kamar mandi.
Aku mematut diri di depan cermin, melihat tanda kepemilikannya di sekitar leherku.
Ah....
Aku mengerang frustasi.
Aku harus selalu menjaga hijabku di rumah, dan itu akan mengundang banyak tanya dari anak-anaknya, karena selama satu bulan ini Aku tidak memakai jilbab di depan mereka.
Mas Abi keluar dari kamar mandi dan memperhatikanku yang sedang berdiri di depan cermin.
"Sudah?"
Aku bergeser memberikan tempat untuknya.
Mas Abi mengusap rambutnya dengan handuk sebelum menyisirnya.
Aku memperhatikannya dengan seksama.
Kenapa dia tampan sekali hari ini?
Kumis tipis dengan sedikit brewok yang belum dicukur, rahang yang kokoh dan bibir tipisnya yang merah, karena Mas Abi memang bukan perokok.
"Ehm,"
Uh....apa yang kupikirkan?
Aku hendak berbalik saat Mas Abi melihatku dengan intens.
"Lagi?"
Hah
"kamu mau lagi?"
Benar-benar manusia ini.
Apa sebenarnya yang ada di kepalanya?
Mas Abi menatapku Datar. "Dua ronde...."
"Nggak ke kantor Mas?" Selaku cepat.
Meskipun wajahku sudah pasti merah menahan kesal dan malu, tapi Aku tetap sabar menghadapi tingkah konyolnya.
"Enggak," Sahutnya.
"Masih sakit?"
Aku menatapnya bingung.
Mas Abi berdeham.
Aku jadi salah tingkah ditatap seperti itu.
"A..apanya?" Kok gugup sih.
Bingung dengan kalimat Ambigunya.
Karena ini kali ketiga kami berhubungan, apa itu maksudnya?
Bukankah seharusnya Pertanyaan itu dilontarkan saat malam pertama? Bahkan malam itu dia tidak bertanya apapun.
"Pipimu,"
Oh Tuhan.
Sekarang, apa yang ada di kepalaku?
Tidak menjawab, Aku langsung tidur tengkurap Setelah menarik selimut.
Malu bokk.
Pasti dia tau isi kepalaku.
Aku bisa merasakan Mas Abi naik ke ranjang.
"Ris,"
"Hm,"
"Sayang,"
Deg.
Aku menyibak selimut yang menutup wajahku dan menatap Mas Abi bingung.