Aku memalingkan wajah saat mas Abi menegaskankan pertanyaan untuk kedua kali
"Aku hanya bilang apa yang aku rasakan. Karena itu aku butuh tanggapan mu."
Mas Abi turun dari gazebo.
"Kalau yang kamu takutkan istri pertamaku." mas Abi menoleh ka arah ku. "Kamu ngga perlu khawatir."
lanjutnya sebelum meninggalkanku.Aku tidak menyusulnya ke dalam. Kubiarkan mas Abi pergi.
Saat melihat mobil mas Abi keluar dari rumah aku masuk dan menghempaskan tubuh di sofa
Bagaimana aku tidak khawatir? Hubungan yang awalnya kupastikan akan berjalan seperti perkiraanku, malah sebaliknya
Semesta mungkin sedang tidak berpihak padaku
Bagaimanapun aku akan mencari cara untuk membuat mas Abi membunuh rasa yang semu itu.
Setidaknya itu anggapan ku sekarang terhadap perasaan mas Abi !
Sebuah notice pesan whatsapp mengusik angan ku
Mas Abi
Aku keluar kota tiga hari.
ATM aku letakkan di atas nakas
Sandinya tanggal pernikahan kita.Kubaca doank ngga ada niat balas
Seharusnya ngga usah kasih tau aku kan! Kenapa mesti repot - repot sih.
Terus tadi itu apa katanya? Kartu ATM?
Masuk kekamar aku menemukan kartu itu di atas nakas.
Ah mas Abi.... Aku mengacak rambut ku!
🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Hari ini aku janjian ketemu dengan Dewi di sebuah mall. Rencananya kami mau nonton sambil belanja kebutuhan dapur.
"Seru film nya sya." Dewi mencomot kentang goreng di tanganku
"Hm."
"Kalau aku jadi ceweknya ngga bakalan nangis gila gitu bodoh memang tipikal cowok gitu ya ngga usah di kasih hati toh malah nyakitin cewek itu sendiri." Dewi masih ngoceh
Sedangkan aku hanya mengangguk saja.
"Ada ya zaman sekarang yang dibilang anak alay sekarang jaman now cowok tak berprinsip malah ngeduain cewek, itu cewek pun mau mau aja"
Aku menoleh.
"Ya, jangan kan masih status pacaran yang sudah menikah aja masih mau daun muda." lanjut Dewi
Aku merasa tertohok dengan pernyataan Dewi
Apa aku termasuk seperti cewek yang ada di film tersebut?
Aku menghela nafas.
Sekarang kami sedang menunggu pesanan. Lumayan lapar setelah aksi nonton dan belanja
"Saat nya makan." aku mengambil chicken fried dan kami mulai menikmati nasi sambel Ijo
"Sya." Dewi menyenggol sikuku
Aku menoleh
"Itu mas Abi buka?"
Aku mengikuti arah pandang Dewi.
Iya, itu mas Abi tapi dengan siapa dia?
Seorang perempuan yang kutaksir mungkin berumur tiga puluh lima tahun. Mereka sedang makan juga di tempat ini.
Apa mungkin itu istri nya mas Abi?
"Elah., ditanya malah bengong." Dewi kembali melihat pasangan itu