8

7.6K 729 9
                                    

Setelah seminggu kejadian itu mas Abi tidak pernah menghubungiku dan aku juga tidak tidak terlalu memikirkannya karena sekarang aku sedang sibuk dengan penerimaan mahasiswi baru.

Aku juga tidak berniat meneleponnya duluan. Ya....seenggaknya Aku sudah memakai logikaku sekarang dari pada menangis darah memikirkan manusia seperti Mas Abi.

" Eh Sya." Dewi menyenggol bahuku. "Nanti pulang kita mampir ke rumah sakit"

"Ngapain?" kami menyusuri koridor kampus yang dipenuhi mahasiswi.

"Tante masuk rumah sakit," jawabnya

"Tante Elma?"

"Iya."

"Lihat nanti." aku mengendikkan bahu

"Lo ada acara?" Dewi merangkul bahuku yang segera kutepis karena risih soalnya kedua tanganku penuh dengan portopolio.

"Ngga sih."

"Ya udah temenin gue ya ?" Dewi mengerjap, "plliisss"

"Iya lihat ntar," balasku cepat dan meninggalkannya karena tujuan kami berbeda.

"Bu Farisya, ini ada rekapan list mahasiswi yang akan mulai praktek bulan depan." pak Hendi salah satu dosen Farmakokogi menghampiriku yang baru saja sampai ke meja kerja.

Aku mengambil rekapan itu dan mulai meneliti satu persatu nama dan Rumah Sakit yang akan menjadi wadah baru untuk mahasiswi

"Kok cuma 160 orang pak?" aku menyalakan Laptopku dan mencari data praktikum mahasiswi.

Pak Hendi yang mau kembali ke meja kerjanya berbalik.

"Padahalkan seharusnya ada 180 mahasiswi ?" aku memiringkan laptopku kehadapan Pak Hendi.

"Maaf saya lupa memberi tau Bu Farisya kalau 20 mahasiswi yang lain harus mengulang ujian praktek dulu," jelas Pak Hendi.

Pantes, batinku.

"Ya udah Pak, terimakasih," ucapku.

"Sama-sama bu."

Setelah pak Hendi keluar aku melihat data mahasiswi yang akan melakukan ujian ulang praktek karena aku salah satu dosen akademik yang diberi wewenang dengan tugas ini.

Hampir satu jam Aku berkutat dengan kertas-kertas satu pesan whatsapp masuk keponselku.

Mas Abi
Aku dirumah.

mataku hampir saja keluar membaca pesannya.

Saat ingin membalas pesan Mas Abi, masuk notice dari Dewi

Dewi
Sya, aku tunggu dikantin.

Oh iya, Dewi ngajak aku jengukin tante Elma. Tapi Alaku nggak janji kan? Tapi nggak enak juga secara Dewi udah kasih tau.

Oke. Otw

Tanpa pikir panjang lagi aku membereskan lembaran kerjaku dan bergegas menyusul Dewi.

"Lama banget." suara cempreng Dewi mengusik telingaku.

"Ck, nggakpun sepuluh menit," sungutku.

Kami langsung kerumah sakit yang hanyak berjarak dua puluh meter dari kampusku.

"Assalamu'alaikum." Dewi membuka pintu rawat inap tante Elma.

"Wa'alaikumsalam." seorang lelaki yang menjawab salam kami.

Kami melangkah masuk kedalam.

Deg deg deg

Mataku yang baru saja bergerak melihat Tante Elma malah menatap sosok disampingnya.

SEKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang