Perjalanan kami sudah jauh dari hingar bingar lalu lintas, tapi mobil Mas Abi belum berhenti.
Sudah dua jam namun belum juga sampai di rumah Mba Farah.
Apa memang jauh rumahnya?
Kasihan juga dulu Mas Abi bolak balik kalau jaraknya sejauh ini.
Al anteng aja di mobil, Aku jadi senang lihatnya.
Ini kedua kalinya, Al Aku ajak pergi.
Mobil Mas Abi berhenti di depan sebuah rumah minimalis dengan pagar teralis putih perak.
Setelah memberi salam, pintu rumah rumah di buka oleh seorang pria paruh baya, mungkin seumuran dengan ayah mertuaku.
"Nak, Abi silahkan masuk."
Kami masuk dan langsung duduk di sofa ruang tamu.
"Kenalkan paman, ini istri keduaku dan ibu mertua." Mas Abi memperkenalkan kami.
Aku mengangguk dan mengulas senyum.
"Ris, ini Paman Rudi, paman Farah dari pihak ibu."
Aku kembali mengangguk.
"Paman, maksud kami ke sini ingin bertemu dengan Farah."
Paman Rudi melihat ke arahku dan Mas Abi bergantian.
"Sebelumnya, saya minta maaf." paman rudi menghela nafas.
"Tadi pagi, Farah pergi dari rumah tanpa memberitahu saya,"
Mas Abi terlihat kaget, begitu juga Aku dan ibu.
"Dia tidak bilang apa - apa Rudi?" kini Ibu Mas Abi yang bersuara.
Paman kembali menggeleng menjawab pertanyaan Ibu.
Mas Abi meraup wajahnya sesaat sebelum melihatku.
"Saya bahkan sudah menasehatinya kemarin, saya pikir Farah mendengar," Paman Rudi terlihat putus asa.
"Rupanya, egonya yang selalu dikedepankan." Lanjutnya.
Mas Abi mengambil ponsel di sakunya dan menghubungi seseorang.
Namun setelah beberapa kali ponselnya di angkat ke telinga, Mas Abi kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
"Ya sudah paman, kami permisi. Kalau ada kabar dari Farah hubungi saya."
Paman Rudi mengangguk.
Kami keluar, seketika paman Rudi memanggil Mas Abi.
Karena Ak sudah menangis, Aku masuk ke dalam mobil di susul ibu.
**********
Mas Abi diam di sofa sudut kamar, setelah sampai di rumah kami langsung masuk kamar tanpa mengucap sepatah katapun.
Aku yang masih tidak percaya dengan kepergian Mba Farah hanya duduk di sisi ranjang mengingat pertemuan ku dengan Mba Farah setahun belakangan.
Kenapa Mba Farah pergi, padahal yang Aku tau dia juga sangat ingin bertemu denganku.
Bulir bening kembali menyambut rasaku yang hancur berkeping.
Aku ke sini ingin menyerahkan semuanya Mba, Aku ingin mengembalikan kebahagiaanmu yang sempat kurenggut.
"Ini titipan Farah." Mas Abi menyerahkan sebuah amplop kepadaku.
Aku memandang amplop yang ada di tanganku.
Perlahan Aku membukanya dan melihat tulisan tangan Mba farah di kertas berbunga merah jambu.
🌹Untukmu maduku,