"Bukan Jupiter namanya kalau gak rusuh!"
#Jupiter
***
Bel istirahat sekolah berbunyi nyaring, anak-anak yang memang sudah tidak betah di dalam kelas langsung berebut untuk cepat keluar dari sana. Mereka ibarat para tahanan yang langsung ngacir saat melihat pintu jeruji besi terbuka lebar tanpa ada penjaga. Begitulah kehidupan sekolah, ada hal yang menyenangkan namun ada juga yang menyebalkan.
Ketiga siswa dengan penampilan urakan keluar dari ruang kelas XII IPA 2 berjalan menuju kursi panjang di dekat jendela kelas mereka. Baju putih yang tidak dimasukan serta ada yang dasinya disampirkan ke bahu, ada juga yang diikat di kepalanya menambah kesan anak nakal.
"Kapten kemana nih?"
Revan Adijaya, salah satu dari ketiganya yang berperawakan atletis serta memiliki paras paling tampan diantara mereka. Dengan paras seperti seorang model itu, tidak susah baginya menjadi playboy jaman now.
"Tau dah! Lagi nyamperin pacar gelapnya kali haha ..."
Ucup Santosa, lelaki paling kocak dan aneh dari mereka bertiga. Asli keturunan Jawa Cilacap membuat gaya bicaranya yang sedikit ngapak terkadang menjadi sebuah lelucon. Dia cukup tampan dan lumayan kalau untuk dijadikan teman pergi kondangan. Badannya kurus walau tidak kerempeng banget.
"Lo kalo kapten tau bisa kena tonjok lo, Cup!"
Bimo Setiawan, siswa berambut ikal itu memiliki kulit pucat. Keturunan blasteran Ambon-Australia yang tumbuh besar di Jakarta bersama kedua orang tuanya. Tampang bisa dibilang satu tingkat dibawah Revan. Hidungnya yang lumayan mancung dengan kulit eksotisnya jadi daya tarik sendiri bagi lelaki itu.
"Lah, emang iya. Kapten itu tiada hari tanpa ketemu sama pacar gelapnya. Berani taruhan gak kalo kapten emang lagi ketemuan sama pacarnya?" tantang Ucup.
"Ah taik lo! Udah jelas lo menang lah, itu udah kebiasaan si kapten," jawab Revan.
"Mau ditunggu atau langsung tempat mamake nih? Gue udah laper stadium terakhir soalnya!" asal Bimo.
"Lagu lo stadium terakhir. Gue doain cepet mampus lo!" jawab Revan.
"Astaga itu mulut gak ada filternya kah kaka? Jahat sekali kau kalau bicara."
"Iki piye iki piye iki piye.... Nyong wis kencot kie lah!"
"Cup! Kalo ngomong jangan pake bahasa planet, gak ada yang ngerti kecuali lo sama Tuhan yang tau disini!"
"Yaelah Van! Kata orang ngapak nih, 'ora ngapak kue ora kepenak!' artinya gak ngapak itu gak enak." jawab Ucup membusungkan dadanya bangga.
"Iya tapi tau tempat, taik! Gue sama Bimo mana tau! Si Bimo tuh taunya Beta sama Kaka-kaka, lah lo inyong inyongan! Kalian ngomong apa juga gue disini yang paling normal, pasti gak tau. Udah makanya pake bahasa Indonesa aja yang baik dan benar!"
"Itulah enaknya punya temen dari berbagai pulau, Van! Lo kan jadi ngerti sedikit-sedikit bahasa mereka," jawab Bimo.
"Iya, tapi lama-lama dengar kalian ngoceh bikin kepala gue mau meledak! Udah ini mau nunggu Kapten atau gimana?!"
"Lah itu Kapten sama Wawan dateng!" ujar Ucup melihat ke arah kirinya.
Kedua siswa dengan penampilan yang hampir sama dengan Revan, Ucup dan Bimo berjalan melewati lorong dari arah kiri mereka bertiga. Kedua siswa itu bagaikan seorang dewa kegelapan. Tampan, atletis, tinggi, berkulit putih, dengan gayanya yang keren, tidak salah kalau mereka disebut seorang dewa. Sayangnya, kelakuan mereka yang nakal dan urakan membuat kata kegelapan menjadi buntut dari kata sang Dewa, sebagai Dewa kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antariksa (JUPITER SERIES #1) [REPOST]
Jugendliteratur‼️REPOST AND REVISI‼️ Hidup seperti seorang Pangeran ternyata tidak bisa membuat Antariksa Sabhara bahagia. Kebutuhan akan materi dan kemewahan bukan hal asing baginya. Tumbuh di lingkungan keluarga yang kacau serta kekerasan mental dari sang Mama m...