‼️REPOST AND REVISI‼️
Hidup seperti seorang Pangeran ternyata tidak bisa membuat Antariksa Sabhara bahagia. Kebutuhan akan materi dan kemewahan bukan hal asing baginya. Tumbuh di lingkungan keluarga yang kacau serta kekerasan mental dari sang Mama m...
Shit, Pukulan itu membuat Antariksa meringis menahan sakit. Kalau begini terus kapan luka di wajahnya bisa sembuh. Alamat wajahnya hancur tidak berbentuk sekarang. Antariksa menatap lelaki di hadapannya yang terlihat sangat bengis. Dia lupa kalau si wawan satu ini sangat menyeramkan saat sedang marah. Lelaki itu bahkan tidak peduli telah memukul dirinya dihadapan anggota Jupiter lainnya disana.
"Bangsat! Apa susahnya buat tidur dan gak lakuin apapun hah?! Lo bisa gak egois gak sih Tar?!" bentak Yudhistira pada sahabatnya.
"Yudh, jangan kaya cewe yang diselingkuhin sama pacarnya deh. Gue berasa lagi dilabrak sama pacar njir!" ujar Antariksa membuat anak-anak Jupiter menahan tawa.
"Anj***! Terserah lo, gue bisa kena struk ngomong sama lo!"
Yudhis bergegas pergi meninggalkan tempat mamake yang masih ramai anak-anak Jupiter. Antariksa berdiri dari aspal dan menepuk bokongnya yang kotor. Dia mendekat ke warung mamake lalu duduk di samping Revan yang terkekeh melihatnya. Sedangkan Ucup tidak bisa menahan tawanya lagi.
Antariksa mencebik melihat kelakuan Ucup yang sepertinya bahagia melihat dirinya dihajar oleh Yudhis. Ya mau bagaimana lagi? Kemarahan Yudhis adalah hal yang paling dinanti oleh anggota Jupiter. Selama ini lelaki itu paling sabar dan kalem di Jupiter. Jadi, melihat Yudhis yang marah seperti tadi sudah seperti hal yang paling istimewa dan kejadian langka. Kalau kemarahan bisa dimuseumkan mungkin emosi Yudhis bisa menjadi salah satunya.
"Diem lo! Mau gue lempar ke kali lo hah?!" bentak Antariksa pada Ucup.
Senjana berjalan gontai ke arah parkiran, entah kenapa kepalanya sedikit pusing apalagi memikirkan masalahnya dengan Lily yang belum selesai. Sahabatnya memang sudah memaafkannya tapi sikap Lily pada Senjana masih aneh. Gadis itu lebih sering diam saat Senjana mengajaknya mengobrol dan kadang hanya suara deheman saja yang keluar.
Senjana tau kalau dirinya telah melakukan hal yang bodoh dengan mengatakan Lily orang yang gengsinya besar hanya untuk mengatakan dirinya menyukai Bimo. Mengingat itu dia menjadi memutar balikkan perkataannya pada diri sendiri. Bukankah dia juga sama saja dengan Lily? Mulutnya selalu berkata tidak tapi hatinya tahu kalau dia tengah berbohong.
Seperti saat ini, melihat sosok lelaki yang tengah bersandar pada motornya saja sudah membuat jantungnya berdebar tidak karuan. Antariksa memakai jaket jeans kebesarannya dan duduk menyamping sambil memainkan helm miliknya. Dilihat dari samping saja sudah setampan ini apalagi dari depan? Antariksa berkulit putih serta mempunyai tampang seperti orang luar membuat Senjana membandingkannya dengan Taehyungartis k-pop idolanya. Hanya saja Taehyung berwajah imut dan manis sedangkan Atar lebih ke datar dan cuek.
"Gue udah bilang tadi siang kan? Kenapa masih tanya?"
"Kan gue udah bilang gak usah."
"Gue juga udah bilang gak butuh jawaban iya atau enggak dari lo kan?"
"Ish... Yaudah deh ribet ngomong sama lo! Nih kuncinya." ujar Senjana menyerahkan kunci motornya.
Lebih baik mengalah daripada kepala gue makin pusing.
Antariksa menerima kunci itu lalu naik ke atas motor Senjana. Namun sebelum Senjana naik ke atas motornya, ada seseorang yang menarik lengan kanannya membuat tubuhnya mundur beberapa langkah ke belakang.
"Gue udah kasih peringatan ternyata gak lo ikuti yah! Antariksa itu cuma punya gue!" bentak sang pelaku.
"Eh ondel-ondel! Lo pikir gue mainan lo! Jangan belagak kalo gue ini milik lo! Sekali lagi lo ganggu dia, gue gak akan segan buat perhitungan sama lo! Paham!!" Antariksa turun dari motornya menarik tangan Senjana serta memakaikan helm gadis itu.
Semua itu tidak luput dari perhatian Aurora. Dia sangat geram melihatnya, sudah hampir 2 tahun dia mencoba menarik perhatian Antariksa namun lelaki itu tidak pernah meliriknya. Bahkan Atar selalu lupa pada namanya. Tetapi sekarang lihat! Baru seminggu ditinggal dari pengawasannya, lelaki itu sudah dekat dengan gadis lain.
"Antariksa! Aku ini pacar kamu!" bentak Aurora tidak terima.
Sementara Atar baru saja mengaitkan tali helm di bawah dagu Senjana. Dia melirik malas ke arah Aurora yang sudah memerah menahan emosi dan tangis.
"Oke! Kalo gitu sekarang kita putus. Walaupun gue gak pernah merasa nembak lo sama sekali. Sekarang minggir!" jawab Atar dengan enteng
"GAK! KAMU GAK BOLEH PERGI SAMA DIA!" teriak Aurora membuat parkiran benar-benar ramai sekarang.
"Atar ... Udahlah! Lo gak usah anter gue deh. Jangan nambah masalah di hidup gue. Malu dilihat anak lain." Senjana berujar pelan, kepalanya berdenyut mendengar teriakan Aurora sejak tadi.
"Gue udah pernah bergerak mundur waktu itu. Sekarang saatnya buat bergerak maju. Ini saatnya gue bertindak Senjana, dan lo hanya cukup berdiam diri sampai gue selangkah lebih dekat ke arah lo."
Senjana merasa dirinya sudah kaku menjadi patung. Tadi Antariksa berkata apa? Dia sampai tidak sadar dirinya sudah berada diatas motor dengan tangan Atar memaksa tangan Senjana berpegangan di depan perut lelaki itu. Dan Senjana bisa melihat Aurora meraung marah sambil menyumpahi dirinya. Sekali lagi dirinya teringat perkataannya pada Lily. Dia merasa seperti menjilat ludahnya sendiri.
Benar-benar munafik lo Senjana. Bahkan lo merasa nyaman sekarang.
Batinnya terus menyumpahi dirinya sendiri karena jujur dia juga merasa nyaman dengan Antariksa.