"Ldr itu berat sama seperti rindu dilan pada milea."
#SenjanaRatulangi
©©©
"Ini kita ngapain sih sepagi gini udah ngejogrog di mari? Mana disuruh bawa koper lagi, lo mau ngajak gue pindahan apa begimana, Kap?"
Ucup bertanya kesal dengan mata yang masih 5 watt. Dia bahkan terus menggerutu sepanjang duduk di kursi pesawat. Dia memang tidak tahu-menahu mengenai rencana sahabat-sahabat jahanamnya itu sekarang. Sejak pukul 5 pagi mereka bertiga sudah datang ke rumahnya sampai menggedor-gedor pintu kamar sangat kencang seperti orang kesetanan. Siapa yang tidak kesal coba? Saat sedang enak bermimpi aselole bareng bule bokhayy... Eh ada para malaikat munkar-nakir datang. Bahkan Ucup sampai terbangung kaget dan berkali-kali mengucap istigfar dan taubat tidak mengulangi mimpi aselole itu lagi.
"Di ajak liburan malah ngomel mulu! Nyesel gue ngajak lo, Cup. Lama-lama gue lempar juga lo dari atas sini!" sahut Antariksa.
"Lempar! Lempar! Lempar!" sorak Revan semangat.
"Itu mulut yang baunya udah kayak wc keliling, bisa diem gak tuh?!" gerutu Ucup mendelik ke Revan.
"Tapi Kap, kok Yudhis gak ikut? Kemana emang?" tanya Bimo yang duduk di sebelah Ucup.
"Dia lebih milih balik ke Jogja, katanya mau ketemu Eyang uti-nya sebelum berangkat." jawab Antariksa.
"Tunggu dulu! Berangkat kemana tuh bocah emang?" tanya Ucup.
"Lo gak tau? Emang kalian berdua gak ada yang kasih tau Ucup?" tanga Antariksa pada Revan dan Bimo, sementara mereka hanya nyengir.
"Males kasih tau dia, sok sibuk. Gue wa aja sampe sekarang gak di read padahal centang dua. Rasanya pengen telen tuh biji matahari!" ujar Revan.
"YA KARNA LO CUMA NYEPAM, BEGO!! MAKANYA KALO NGETIK LANGSUNG INTI GAK USAH PAKE SEGALA PROSES TAIK KUDA AJA IKUT DIJELASIN! KEZEL GUE!"
"Lo berisik sumpah, Cup! Beruntung nih pesawat punya bokapnya Kapten, kalo komersial? Gak jamin gue kalo lo masih duduk anteng disini." sahut Bimo yang menutup telinganya.
Revan tertawa jahat mendengar teriakan kekesalan Ucup. Dia sengaja membuat sahabat gilanya itu kesal. Setidaknya itu bisa membantu lelaki itu agar tidak mengantuk lagi bukan?
"Gue sama Yudhis mau kuliah di Inggris. Kemungkinan sampe S2 disana terus sih."
"DEMI APA?"
"Demi kancut nenek lo, Cup. Si Kapten sama wawan emang mau berangkat, sekitar dua mingguan lagi yah, Tar?"
"Hmm."
"Terus kami gimana, Kap? Masa lo tinggalin kami disini? Nanti kalo gue gak kangen gimana?"
"Mba?! Disini ada kopi gak? Tolong buatin dong satu jangan lupa pake sianida yah, buat temen saya biar mulutnya yang kaya lambe murah mingkem terus." ujar Antariksa pada salah satu pramugari.
"Ampun, Kap. Ampun hehe..."
©©©
Hari keberangkatan yang ditunggu akhirnya datang. Tepat hari ini dimana kedua pangeran dari keluarga Sabhara akan terbang menuju kota Oxford yang berada di inggris. Sebenarnya Antariksa sendiri justru lebih memilih kuliah di Standford kalau harus ke luar negeri namun sekali lagi, ini adalah tradisi keluarga kata Ayahnya.
Yudhis dan Antariksa menyeret koper yang berisi pakaian dan beberapa kebutuhan mereka selama disana. Rivaldi, Riana, Senjana dan ketiga teman mereka juga ikut mengantarkan kepergian mereka. Rivaldi sudah menawarkan untuk memakai pesawat keluarga saja agar berangkatnya bisa disesuaikan keinginan sendiri namun Antariksa menolak begitu juga dengan Yudhis. Mereka berkata kalau menaiki pesawat komersial jauh lebih terasa normal. Well, baik Atar maupun Yudhis hanya ingin menjadi seorang Mahasiswa seperti kebanyakan orang. Tidak melulu bermewah-mewahan hanya karena mereka mampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antariksa (JUPITER SERIES #1) [REPOST]
Roman pour Adolescents‼️REPOST AND REVISI‼️ Hidup seperti seorang Pangeran ternyata tidak bisa membuat Antariksa Sabhara bahagia. Kebutuhan akan materi dan kemewahan bukan hal asing baginya. Tumbuh di lingkungan keluarga yang kacau serta kekerasan mental dari sang Mama m...