Playlist, Bad Boy - Bigbang
*
Tenang. Luka luar itu bagaikan goresan kecil yang gak ada rasanya. Lo gak tau apa yang udah gue lewati dengan luka yang lebih parah dari goresan kecil itu.
#AntariksaSabhara
***
Antariksa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal setelah mendengar pertanyaan Senjana. Benar juga, sebenarnya mereka ini sedang membicarakan apa? Tujuan Antariksa menemui Senjana juga belum dia temukan. Dia hanya ingin menemui gadis itu saja karena si Aurora tidak jelas tiba-tiba diucapkan oleh Senjana, padahal dia tidak mengenal Aurora.
Senjana dan Antariksa pergi ke parkiran motor dalam hening. Sekolah mulai sepi karena jam pulang sekolah juga sudah sekitar 15 menit yang lalu. Senjana menuju ke samping motornya dengan sesekali tatapannya melirik ke arah Antariksa yang masih terus diam. Lelaki itu mengambil helm diatas motornya tetapi masih belum dipakainya. Dia memandang Senjana yang sudah berada diatas motor hendak menghidupkan mesin motornya.
"Gue nggak tau kalau namanya Aurora."
Senjana menoleh ke samping saat Antariksa bersuara. Lelaki itu memang menjelaskan kalau dia tidak tahu gadis yang menempeli dan menggodanya selama ini bernama Aurora. Senjana sendiri bahkan merasa terkejut dengan hal itu. Seorang Antariksa tidak mengenal Aurora Borealis?
"Gimana mau tau? Cewek yang deketin lo pasti se-gudang sampai lo nggak tau namanya." jawab Senjana acuh.
"Terserah."
Antariksa memakai helmnya setelah itu. Dia kesal! Bukan hanya kesal tetapi marah. Emosinya sudah sampai ke ubun-ubun pada gadis satu ini. Dia sudah cukup merendahkan dirinya menemui gadis itu tetapi dia justru diusir, dibentak dan diacuhkan. Beruntung sekolah sudah sepi kalau ramai? Mau ditaruh dimana muka Antariksa.
"Mulai sekarang, jangan deh lo nyamperin atau ganggu gue lagi. Kita tuh udah---"
"Nggak akan ada yang kedua kali! Jaga diri lo sendiri termasuk tentang Panca mulai sekarang."
Antariksa menyalakan mesin motornya lalu bergegas pergi dari sana. Dia sudah cukup berurusan dengan gadis keras kepala seperti Senjana. Tadinya dia sedikit khawatir kalau gengnya Panca masih mengganggu gadis itu karena kemarin Antariksa membelanya seperti Senjana adalah orang spesial bagi dirinya. Sekarang, sudah tidak lagi. Antariksa sudah emosi lebih dulu menghadapi Senjana Ratulangi.
Saat pikiran Antariksa masih tertuju pada Senjana, segerombolan orang mencegatnya di jalan menuju markas Jupiter sehingga dia menekan remnya sampai bannya berbunyi. Antariksa melepas helmnya dengan kasar. Dia melihat seseorang yang dia kenal berdiri ditengah orang-orang itu sambil membawa sebilah kayu ditangannya.
"Jadi ini mental seorang Mario? Berani datengin gue pake bawa anjing-anjing lo? Pengecut!" ujar Antariksa turun dari motornya.
"Kenapa? Takut nggak ada yang bisa bantu lo sekarang Antariksa?" sahut Mario dengan tawa kecilnya.
"Lo nggak sadar markas Jupiter ada di ujung jalan ini?!" tanya Antariksa dengan tenang tanpa dasa takut sama sekali.
"Oh ... Tenang aja Tar! Mereka nggak akan sadar kalau Kaptennya lagi digebukin disini. Kalaupun mereka tau ... Mungkin lo udah keburu habis di tangan gue."
Antariksa menatap Mario dengan tatapan tajam. Dia meraih helm miliknya dan melangkah maju dengan langkah yang tenang. Antariksa Sabhara tidak pernah mengenal takut meskipun dia dikeroyok satu kampung sekalipun. Hanya beberapa orang yang sekitar sepuluh orang dihadapannya sama sekali tidak membuat mentalnya gentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antariksa (JUPITER SERIES #1) [REPOST]
Teen Fiction‼️REPOST AND REVISI‼️ Hidup seperti seorang Pangeran ternyata tidak bisa membuat Antariksa Sabhara bahagia. Kebutuhan akan materi dan kemewahan bukan hal asing baginya. Tumbuh di lingkungan keluarga yang kacau serta kekerasan mental dari sang Mama m...