Malam ini udara terasa lebih mencekam dari sebelumnya bagi Antariksa. Melihat Riana yang terus menerus menolak agar dirinya tidak datang memenuhi undangan mantan suaminya yang tidak lain adalah Ayah kandung Antariksa. Wanita paruh itu berteriak seperti orang kesetanan setelah mendengar penuturan Atar mengenai Ayahnya yang ingin bertemu dirinya. Memang apa salahnya? Apa yang disembunyikan wanita dihadapannya ini sampai bersikeras melarang dirinya?
"Ma, Atar cuma sebentar. Lelaki itu yang bisa tolong Antariksa sekarang."
"Mama juga bisa menolong kamu kalau kamu bilang masalahnya Antariksa!!" bentak Riana.
"Sebenarnya apa yang Mama sembunyiin dari Atar?" tanya Antariksa masih dengan nada tenang.
Riana terdiam beberapa saat, lalu dia mengusap wajahnya secara kasar membuktikan kalau dirinya sangat frustasi. Dan sekali lagi Antariksa bertanya-tanya, kenapa?
"Apa gak ada cara lain, Atar?"
"Gak ada Ma."
Riana kembali menangis membuat Antariksa semakin bingung. Dia hanya akan bertemu Ayahnya bukan ingin terjun ke medan perang. Kenapa Ibunya ini sangat berlebihan?
Suara bel mengalihkan perhatian Antariksa. Dia tahu kalau itu pasti Erros yang menjemputnya. Sekali lagi dia memandang Riana lalu mendekat dan memeluk wanita yang tengah duduk masih menangis.
"Percaya Atar bakal baik-baik aja, Ma.."
"Demi Tuhan! Kamu gak akan pernah baik-baik aja setelah malam ini, Antariksa. Karena itu Mama coba untuk mencegah kamu!"
"Kalaupun itu benar, Antariksa siap apapun resikonya."
Antariksa melepaskan pelukan Riana lalu pergi menuju pintu utama. Didepan pintu, Erros dengan setelan kemeja dan jas tersenyum kecil lalu memberi anggukan pada Antariksa.
Antariksa menghela nafasnya lalu masuk ke mobil yang biasa menjemputnya ketika dia dalam masalah. Perasaannya terasa tidak enak sekarang. Dia terus memikirkan ucapan Riana yang tadi. Dia tau kalau malam ini mungkin semuanya akan berubah tapi dia juga tidak bisa mengelaknya lagi.
©©©
Rumah yang sangat besar dan megah menyapu pandangan Antariksa saat mobil yang mengantarnya berhenti didepan pagar tinggi menunggu terbuka sepenuhnya. Antariksa memasukkan kepalan tangannya ke jaket kebesarannya saat mobil itu bergerak memasuki halaman depan rumah itu. Jantungnya berdetak tidak beraturan seperti menandakan memang ada yang janggal disini. Rasanya dia ingin berlari keluar dari sini sebelum pagar tadi benar-benar tertutup.
Pintu mobil yang terbuka membuyarkan pikirannya. Dia menoleh ke samping dan melihat Erros sudah ada disamping pintu. Kakinya masih ragu untuk melangkah keluar sampai lelaki itu menegurnya.
"Kita sudah sampai. Apa ada sesuatu yang mengganggu?" tanyanya.
"Nggak."
Antariksa bergegas keluar setelah menjawab pertanyaan itu. Dia melihat pintu rumah yang ada dihadapannya. Entah kenapa dia ingin tertawa melihat betapa mewahnya lelaki yang sudah membuangnya dan Ibunya. Dia benci kenyataan itu. Kenyataan bahwa dirinya dibuang walaupun masih diberikan setitik kemewahan yang dimiliki lelaki itu.
Seseorang menepuk bahu kiri Antariksa, dan lelaki itu menoleh melihat siapa yang menepuknya.
"Saat lo masuk dan melihat apa yang ada di dalam sana, gue harap kita masih bisa seperti biasanya Tar." ujar lelaki itu menampakkan senyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antariksa (JUPITER SERIES #1) [REPOST]
Teen Fiction‼️REPOST AND REVISI‼️ Hidup seperti seorang Pangeran ternyata tidak bisa membuat Antariksa Sabhara bahagia. Kebutuhan akan materi dan kemewahan bukan hal asing baginya. Tumbuh di lingkungan keluarga yang kacau serta kekerasan mental dari sang Mama m...