Kevin dan Finnet, pasangan ini adalah pemimpin dari para penjarah, rumit sekali cerita mereka berdua. Namun, yang jelas keduanya sama-sama memiliki tujuan yang baik, tetapi melakukannya dengan cara sebaliknya.
Dua helikopter mendekat ke arah gedung Maria Bay Sands. Kedua kendaraan udara ini terbang di atas kolam renang dengan tiga orang yang telah bersiap menaikinya.
Darius memandang ke atas dengan Menyipitkan matanya akibat angin dari baling-baling. Ia menengok ke kanan saat Kevin menyentuh pundaknya.
Kevin menatap Darius sembari menarik napas perlahan. "Ini yang ketiga kalinya kau melakukannya, kan?"
Darius mengangguk. Ia menerima sebuah tas yang diberikan oleh Finnet yang berada di sisi kirinya.
"Jadi, tak perlu ada yang dicemaskan. Lagi pula aku percaya padamu ...," ucap Kevin sembari menggunakan kacamata hitam yang sedari tadi digenggamannya.
Finnet yang menggunakan celana jeans penjang sedikit sobek pada bagian paha kanan itu segera berjalan ke arah helikopter berwarna hitam. Ia memanjat tangga berupa tali untuk sampai di dalamnya, kemudian duduk di bagian belakang. Tidak lama, Kevin mengikuti wanita itu.
Kevin menatap Darius dan langsung mengisyaratkan, tangan kanannya menunjuk ke arah helikopter putih. Pemuda yang lupa ingatan itu mengerti, lalu memasuki kendaraan udara itu dengan memanjat tangga berupa tali yang menggelayut sebelum sampai di dalamnya.
Dua helikopter itu terbang ke arah yang Darius belum ketahui. Ia hanya memandang ke luar dengan sesekali bergidik ngeri karena betapa rusaknya dunia sekarang ini.
Tepat di belakang dua helikopter ini, satu helikopter jenis Sikorsky mengikuti dengan sebuah kontainer biru berkarat tergantung di bawahnya, tentu saja tak ada apa pun di dalam benda besar tersebut.
Finnet memandang ke arah jalan yang kosong, cuma penuh dengan kendaraan tanpa bisa berjalan. "Yang lain ke mana?"
Kevin menjawab santai. "Mereka sudah menunggu di tempat yang masih banyak mayat hidup."
"Kita akan mengorbankan orang lagi?" tanya Finnet.
"Tidak perlu, aku ada ide baru untuk ini." Kevin mengambil tas yang ada di bawah kakinya. Ia membukanya perlahan sampai terlihat beberapa handphone jadul dengan warna hitam putih yang mendominasi.
"Ponsel? Kau tahu sekarang tak mungkin bisa, tak ada jaringan yang bisa digunakan."
"Bukan itu yang kita gunakan. Kita hanya perlu nada deringnya, lebih bagus lagi kalau ponsel yang seperti ini ...." Kevin mengambil satu ponsel yang lebih agak modern, disetelnya satu lagu dengan nada tinggi. "Kita menggunakan ini untuk memancing para monster itu dan dengan mudah menangkapnya."
"Sayang, aku tak berpikiran sampai ke sana. Kau memang pria terpintar yang pernah kutemui, lalu bagaimana dengan Darius? Apa dia yang akan kita gunakan untuk umpan?"
Kevin tersenyum kecil. "Tentu. Itulah yang akan dia lakukan. Kalau pun dia tergigit tak masalah karena dia kebal."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
OutbreaK II : Madness
Science FictionAkibat Praka dan Darius menghubungi orang asing lewat radio, kapal mereka mendapat serangan. Satu hal yang mereka tahu, ini adalah hal yang sangat buruk. Mereka terdampar di sebuah pulau dekat dengan selat Singapura setelah kapal yang ditumpangi itu...