02 - Sophie

938 122 0
                                    

Pulau Sambu, Kepulauan Riau. Terletak tidak jauh dari Selat Singapura.

Pulau Sambu adalah sebuah pulau yang terletak dekat dengan Pulau Batam di Kepulauan Pulau-pulau lainnya. Namun pulau ini mempunyai penduduk yang cukup banyak penghuni dan mempunyai niai-nilai historis yang sangat tinggi. dulu.

Selain itu ,juga pernah menjadi benteng pertahanan dari Belanda saat zaman penjajahan di Zaman dahulu. Pulau Sambu sengaja dibangun sebagai terminal minyak Pertamina pada tanggal 16 Agustus 1897 jauh sebelum Kota Batam berdiri.

Selain sebagai terminal minyak Pertamina, Pulau Sambu juga merupakan Kota Tua yang kini berusia hampir 115 tahun. Kota bekas kecamatan di Kabupaten Kepulauan Riau ini, kini menjadi bagian dari wilayah administrasi Pemerintah Kota Batam.

Beberapa bangunan tua yang dibangun oleh PT. Pertamina seperti menara selamat datang, wisma, Kantor Pos, gedung bioskop, rumah sakit Pertamina, serta beberapa prasasti telapak tangan para manager operasional Pertamina untuk Pulau Sambu, dan beberapa buah bunker minyak milik Pertamina.

Itu semua telah menjadi sejarah. Kini hanya ada beberapa bangunan saja yang berdiri tegak seperti halnya satu Villa tua berlantai dua.

Di lantai dua itu, di dalam sebuah kamar dengan ranjang dan dua kursi yang usang, ada seorang pria dewasa tengah memperhatikan seorang wanita dan pemuda yang tak sadarkan diri. Mereka ada di atas ranjang tersebut dengan pakaian basah.

Sembari menghisap rokok yang baru dinyalakan. Ia menggenggam HT (Handy Talkie atau di Indonesia di sebut Walkie Talkie).

"Cepat kemari, Dok!" panggilnya, berbicara dengan seorang dokter yang tengah berlari menuju lantai dua melewati tangga.

Pria yang tengah merokok ini membawa pisau di pinggang kiri dan pistol di pinggang kanannya. Ia berjalan menuju pintu setelah ketukan terdengar, membukanya. "Masuk."

Orang yang dipanggil Dokter itu berjalan masuk sembari menundukkan badannya.Ia menatap dua orang yang tengah tak sadarkan diri di atas ranjang.

"Periksa mereka, pastikan agar tidak mati."

"Tapi Tuan Aogan, tolong jangan sakiti saya jika mereka tidak selamat, saya mohon, karena, saya tidak bisa memastikan kalau mereka akan selamat."

Pria itu menatap tajam Dokter yang bernama Edwin. Ia menghisap rokoknya sekali dan langsung menempelkan bagian terbakar dari rokok itu di kepala Dokter Edwin yang plontos mengkilat.

Dokter Edwin menarik kepalanya ke belakang dengan sedikit meringis kesakitan.

"Jangan membantah! Lakukan apa saja mauku!"

"Siap, Tuan Aogan." Dokter Edwin berjalan membungkuk melewati Aogan dan mendekati dua orang itu. Ia memeriksa beberapa saat dari ke duanya, lalu menatap Albert Aogan sembari mengangguk. Isyarat kalau keduanya masihlah selamat.

"Bagus--" Ia menjatuhkan rokok yang sudah habis, lalu menginjaknya. "--pastikan mereka tidak mati."

Aogan melangkah menuju pintu dan membukanya. Ia keluar tanpa berkata apa pun, lalu menutup lagi pintu itu dari luar dan menguncinya, kemudian berjalan menuruni tangga sembari menyalakan sebatang rokok lagi.

Di dalam ruangan, Dokter Edwin melihat sebuah tanda pengenal di pakaian keduanya. Ia memicingkan matanya dan mendekatkan kepalanya ke tanda pengenal itu ....

ARI WINATA

dan

SOPHIE

OutbreaK II : MadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang