3 - Luka

4.7K 193 0
                                    

Typo gentayangan!


Happy reading 💋

****

Setelah dokter Erlang pergi dari ruangan untuk melanjutkan visit bersama suster asistennya, Farid merasa canggung berada di ruangan itu sendiri.

Melihat itu, Pandu langsung mempersilahkan dokter Farid duduk disamping Fani saat melihat kecanggungan dokter Farid sambil menunggu peralatan nya di ambilkan oleh suster.

"Mari dok, Silahkan Duduk" Kata Pandu mengajak. Dan Farid hanya menganggukkan kepala dan tersenyum kepada pandu lalu duduk disamping Fanita.

Fani yang duduk sisamping dokter Farid sudah merasakan gugup yang luar biasa. Lututnya lemas dan degupan jantungnya begitu keras. Ia sampai takut kalau - kalau dokter Farid selaku Dokter spesialis Jantung mendengar degupan jantungnya saat ini. Uhh sangat memalukan.

Selang beberapa menit suster Elsa datang membawa peralatan pengobatan, suster Elsa memberikan kotak putih tersebut kepada dokter Farid dan langsung melihat keadaan Lutut Fani yang terluka.

"Maaf yah lukanya saya periksa dulu" kata dokter Farid meminta izin dengan suara datar dan wajah tanpa ekspresi.

Mendengar suara Farid yang meminta izin memegang lututnya Fani langsung saja kaget dan jantungnya yang sedari tadi berdetak keras semakin bertambah parah saat merasakan tangan Farid bersentuhan langsung dengan lututnya.

Rasa - rasanya lutut Fani semakin lemas dan wajahnya sekarang mungkin sudah seperti tomat busuk.

Fani melirik kearah samping dan melihat Leksmana sedang sibuk memainkan ponselnya bermain game. Fani menghembuskan nafasnya lega, untung saja Leksmana sedang sibuk sendiri dengan ponselnya. Kalau tidak, bisa jadi bulan - bulanan dia kalau menyadari muka Fani sudah seperti tomat busuk dan sangat gugup akibat berdekatan dengan dokter ganteng ini. Huftt

Melihat kearah depan Mas Pandu dan Mas Satya sedang serius berbicara dengan Eyang Putri sambil sesekali bercanda. Fani kembali menghembuskan nafas legahnya.
Selamat - selamat!

"Biasa aja dong lu! Lu mupeng ya sama dokter ini?" Kata Leksmana disampingnya mengagetkan fani yang sedari tadi sibuk mengontrol debaran jantungnya.

"Bacotlu pengen disumpel ya sama kain kasa? Gue Keremesin juga lo disini!" Kata Fani membalas perkataan Leksmana dengan raut wajah sok santai.

"Habisnya lo liatin ni dokter sampe matalu mau copot. Malah muka lu udah merah banget lagi. Gugup ya lo?" Kata Leksmana kembali memojokkan Fani.

"Apaan si loh? Gue lagi takut, ni lutut sakit ni diobatin gini" Alibi Fani, padahal dia belum merasakan apa - apa sejak tadi. Mungkin dokter Farid belum mengobati lukanya.

"SELESAI" suara bariton dokter Farid yang sangat sexy ditelinga Fani menghentikan perdebatan Fani dan Leksmana yang menurut Farid tidak berfaedah itu.

"Apa dok? Udah? Ko gak kerasa sih?" Kata Fani ceplas - ceplos membuat Leksmana meliriknya dan tersenyum jahil terhadap Fani.

"Boong ya lu? tadi katanya sakit, terus katanya lagi gak kerasa. Emang dasar Mupeng lu sama dokter!" kata Leksmana menggoda Fani yang sudah sangat malu dan salah tingkah.

"Jangan mau sama dia Dokter. Dia utangnya banyak!" Kata leksmana kepada dokter Farid yang disambut kekehan oleh suster Elsa dibelakangnya sementara Farid hanya menunjukkan wajah datarnya.

"Apaan sih lo? Jatuin pamor gue aja! Yang ada Lu tuh yang banyak utang" sorak Fani tidak mau kalah dengan fitnah Leksmana yang menurutnya tidak masuk akal. Hellow seorang Fanita kusuma Widjaya punya utang?
Bangun lo ini udah siang..

Step By DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang