15 - Ah Ternyata

2.7K 129 0
                                    

Farid meletakkan laporan perkembangan pasiennya, membuka kacamata bacanya lalu menyandarkan punggungnya kesandaran kursi kerja.

Jam menunjukkan pukul 12 lewat 15 menit dan Adzan Dzuhur sudah berkumandang sedang ia belum makan siang.

Dengan langkah pasti Farid berjalan keluar ruangannya menuju musholla pada lantai 3 Rumah Sakit, setelah sampai disana benar saja sudah banyak Dokter dan pegawai yang beragama muslim yang melakukan sholat sunnah, tanpa pikir lama Farid menuju tempat wudhu agar bisa segera bergabung untuk melaksanakan sholat.

"Assalamualaikum warahmatullah.. Assalamualaikum warahmatullah"

Ya meskipun Farid sibuk dan lelah dengan segala rutinitasnya sebisa mungkin dia menjalankan ibadah.

Farid akui dia bukan pria suci yang tak tersentuh dosa, Farid juga pernah melakukan hal hal yang orang orang sebut adalah kesenangan dunia. Tapi menurut Farid itu manusiawi selama kita tidak melalaikan sholat.

Apalah jadinya kalau sudah pendosa ditambah tidak ingin melaksanakan perintahnya. Double kill!

Orang orang sudah mulai berhamburan keluar dari musholla mungkin mereka akan makan siang dan dalam musholla berukuran 7 kali 6 meter itu hanya tinggal beberapa orang saja. Ada 2 orang pria disamping kirinya dan beberapa wanita dibelakangnya saat dia melirik kebelakang beberapa detik yang lalu.

Saat akan berdiri tiba tiba saja ada sebuah tangan yang terulur disampingnya, keningnya berkerut melihat siapa pemilik tangan disampingnya, saat dia berusaha melihat pemiliknya dia hampir terjengkang kebelakang saat melihat Gadis Kecil yang selalu mengganggunya beberapa hari ini pemiliknya.

"Fani mau Salim Dokter"

Kata Fanita, sang pemilik tangan dan berniat menjabat tangan Farid.

Farid merasa malu dan bingung, jelas saja dalam musholla masih ada beberapa orang, Farid melirik kekanan dan melihat beberapa orang tadi tersenyum kecil seperti meledeknya begitu pula beberapa makmum wanita di belakang Fani yang tersenyum melihat mereka.

Farid menghembuskan nafasnya kasar. Yatuhan sudah berapa kali dia dibuat malu oleh anak ingusan ini. Dan apa lagi kali ini?

Dengan malas Farid mengulurkan tangannya membalas Fani dan betapa terkejut nya ia saat Fani dengan sigap menarik tangannya dan meletakkannya kedahi wanita itu.

Bola mata Farid hampir keluar melihatnya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Farid marah pun mungkin dia akan semakin malu dan ia lebih memilih membiarkan saja anak itu mempermalukannya lebih dan lebih lagi.

"Terus aja terus... Jangan tanggung - tanggung mempermalukan saya" Gerutu Farid dalam hati.

***

"Kenapa kamu masih mengikuti saya?" Farid berjalan terburu - buru menuju ruangannya. Rencananya setelah sholat dia ingin mencari makan siang di luar tapi kejadian di musholla membuat nafsu makannya hilang digantikan dengan rasa kesal dan sekarang Fani malah mengikutinya kemana mana.

"Hm.. Fani Lapar"

"Kamu tidak akan kenyang dengan mengikuti saya!" Jawab Farid ketus sementara langkahnya ia percepat menuju ruangannya.

Saat akan masuk, secepat kilat Fani menyusul nya dan jadilah mereka berada di satu ruangan yang sama, hanya berdua.

Farid mendesah keras melihat kelincahan anak itu mengikutinya. Bahkan Gadis kecil Widjaya itu masih memakai Seragam putih dan rok Abu - abu bermotif kotak kotak, dasi sekolah dan tas ransel dipunggungnya.

"Fani Mau makan siang.... Sama dokter" Fani menjeda sedikit ucapannya dan menunduk saat mengatakannya.

"Saya tidak lapar"

Step By DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang