43 - Aku Mencintainya

4.4K 195 24
                                    

👉 Sebelum membaca part ini, disarankan untuk membaca kembali part sebelumnya, agar tidak bingung.

Typo 👋

*****

Pukul 8.00 AM

Farid menepuk pundak dokter Erlang pelan sebagai tanda terimakasih. Keduanya terlihat sangat lelah setelah berkutat diruang operasi selama kurang lebih lima jam.

Syukurlah operasi Clara telah selesai, dan sekarang wanita itu sedang ditangani oleh suster. Walaupun sebelumnya sempat terjadi pendarahan yang membuat seluruh orang geger akibat denyut jantungnya yang melemah, tetapi Clara sudah melewati masa kritisnya.

Selanjutnya Farid harus memastikan Clara sadar selama empat puluh delapan jam kedepan agar operasi bisa dikatakan benar-benar berhasil.

Sungguh Farid merasa lelah, dua puluh empat jam sudah dia tidak memejamkan matanya dan beristirahat. Jam dinding di ruang free steril menunjukkan pukul delapan lewat.  Beruntung dia bersama tim yang sangat hebat, mereka banyak membantu dalam penyelesaian operasi Clara.

Farid sampai di ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah ruangan khusus yang disediakan rumah sakit untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan luka atau sakit yang serius, ruang ICU dilengkapi dengan peralatan medis khusus dan berbeda dari ruang perawatan biasa. Clara masih dirawat disana hingga sadar dan bisa di pindahkan ke kamar, meskipun kondisi Clara sudah melewati masa kritis tetapi tidak menutup kemungkinan sesuatu bisa saja terjadi kepada wanita itu mengingat operasi yang dilakukan bukanlah operasi kecil, alhasil Clara tetap harus di rawat di ICU untuk sekedar berjaga-jaga.

Sebagai dokter yang bertanggung jawab atas operasi Clara, Farid harus mengecek kondisi Clara sebelum menyerahkan sepenuhnya ke dokter di ICU mengingat ia akan pulang terlebih dahulu untuk beristirahat, meskipun sebenarnya istirahat itu tidak akan terjadi sebab Farid berencana ingin menghabiskan waktu bersama Fani setelah ini, berdua dan menyelesaikan kesalahpahaman yang sudah ia buat.

Entah mengapa semalaman ia selalu mengingat Fani. Bahkan ditengah-tengah berjalannya operasi, Farid tiba-tiba ingin menemui Fani. Hal aneh yang baru pertama kali ia rasakan kepada seorang.

Sepertinya Farid benar-benar sadar, bahwa ia telah jatuh cinta pada Fani, entah sejak kapan perasaan itu muncul, yang Farid tau hanyalah selama ini ia selalu dibuat gelisah oleh tingkah gadis kecil itu. Bukan perasaan jengkel melainkan perasaan gemas yang selalu ia tutupi dengan sikap tidak perdulinya.

"Dokter.. "

Farid terkesiap, lamunannya tentang Fani buyar. Seorang suster menepuk pundaknya pelan.

"Keluarga ibu Clara Swasti ingin menemui dokter" Lanjut sang suster.

Farid mengangguk pelan, "Dimana?" ujarnya.

"Beliau sudah menunggu di ruangan anda, dokter"

Farid kembali mengangguk, setelah itu berjalan menuju ruangannya tak lupa mengucap terimakasih.

Berbicara tentang Clara, sebenarnya Farid juga penasaran dengan sosok yang akan ia temui. Seingatnya Clara seorang yatim piatu, kedua orang tuanya sudah lama tiada, dan mantan tunangannya itu hanya memiliki seorang paman yang sudah lama berganti kewarganegaraan dan berada di Amsterdam.

Farid merogoh ponselnya yang berada di balik snelli, memikirkan Clara membuatnya pusing.

Dia berniat menghubungi Fani saja untuk menanyakan keberadaan kekasihnya. Apa gadis itu masih berada di apartemen atau sudah pulang mengingat Farid begitu lama meninggalkannya.

Step By DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang