29 - Pernikahan Pandu

2.9K 119 0
                                    

Happy reading

Jangan lupa tekan ☆

Typo!

.

.

Sudah tiga hari sejak keberangkatan Farid ke Batam. Tidak ada yang spesial dengan hari-hari Fani sepeninggal pria itu. Ia bahkan terkesan malas keluar rumah. Selain karna mager alias malas gerak ia juga sedikit galau sebenarnya.

Pasalnya sejak kepergiannya, Farid hanya menghubungi Fani dua kali. Farid juga mengatakan kalau ia tidak bisa ikut hadir di acara pernikahan masnya, Pandu.

Entah sesibuk apa Farid disana, semoga saja Farid tidak kepincut dengan wanita lain.

Disinilah Fani sekarang, di ruang keluarga sedang mengganti chanel tv berulang ulang. Remot ditangannya bahkan ia remas-remas sejak tadi. Tidak ada yang menarik sama sekali untuk ia tonton. Matanya sakit melihat pelayan kesana kemari memindahkan barang untuk keperluan pengajian dirumah ini.

Untung saja acara ijab kabul dilangsungkan di kediaman mbak Selfira alias pengantin wanita. Jadinya rumahnya tidak terlalu ramai. Hanya di hadiri oleh sanak keluarga yang ikut mengantar dan sebentar lagi semua sanak keluarganya itu akan datang. Membuat mood Fani semakin buruk karna suara bising dimana-mana dan semua pertanyaan yang tidak ingin Fani dengar akan terlontar hari itu.

Pertanyaan seperti "Anak temen tante eksekutif muda loh Fan, siapa tau kamu minat kenalan" atau "Kamu masih suka ngoleksi barang - barang Mahal ya Fan? Jangan suka ngabisin uang Fan. Gak baik" padahal setelahnya seluruh kamar Fani akan dihancurkan mereka untuk mencari barang-barang yang menurut mereka cocok untuk dipakai.

"Astaga naga.. Iki prawan opo rondo anak e limo?" suara Leksmana menggelegar saat melihat penampilan Fani yang benar-benar serempangan. Daster rumahan, rambut awut-awutan yang dikuncir asal serta wajah yang Leksmana yakin belum Fani bersihkan sejak pagi.

"Ngapain lo disini?" ucap Fani malas .

"Nginep lah" kepala Fani terangkat. Yang menjawab bukan Leksmana melainkan suara Hani dan Sintia juga ikut berada disana.

"Loh, ngapain kalian ikutan kesini?"

"Emang gak boleh?"

"Ya bukan gitu juga, tapi..

"Plis Fan. Lo jangan ngelarang. kita udah cukup hancur pas tau salah satu spesies pria paling diinginkan sejagat raya bentar lagi sold out" Ucap Hani pura-pura galau.

Fani meringis dibuatnya. "Terus lo mau tidur dimana? Kamar disini penuh. semua keluarga gue pada nginep"

Hani duduk disamping Fani, menggandeng tangan sahabatnya manja "Ya di kamar lo lah Fan. Syukur-syukur bisa dikamar mas Pandu. Ya gak Sin? " ucapnya

"Yo ii"

Fani mendelik "Jangan macem-macem ya lo berdua" mereka tertawa "Sana. Taro tas lo di kamar. Atau gue suruh Bi Sarti buang barang-barang lo"

"Siap bos" keduanya lalu  beranjak dari samping Fani dan membawa tasnya menuju kamar Fani.

Fani hanya menggeleng dibuatnya. Sebenarnya ia sama sekali tak keberatan dengan kehadiran mereka yang ingin menginap. Bukan hal tabuh lagi kalau Fani ada acara keluarga mereka akan ikut. Semua keluarga Fani sudah tau siapa Hani dan Sintia, mereka juga menerima keduanya dengan wellcome.

Sementara Leksmana, Fani tidak tau dimana sepupunya itu berada sekarang. Mungkin di kamarnya sendiri, ya Leksmana memang punya kamar pribadi dirumah Eyangnya ini.

"Fan.. Puding di kulkas gue makan ya" suara teriakan dari dapur menggema. Itu suara Leksmana.

"Itu puding seminggu yang lalu" balas Fani beteriak.

Step By DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang