Jangan lupa tekan ☆ dan Follow akun aku 🙏
Happy reading!...
Satu menit...
Lima menit...
Sepuluh menit.
.
.
.Dua puluh lima menit kemudian...
Dan Fani masih menghitung waktu mereka berdiam diri saling berhadapan dengan sekat meja di depannya dan tatapan tajam Farid yang masih menghunus kearahnya.
Semenjak pria itu mengatakan ingin berbicara dengannya dan ia menyanggupinya tak sepatah katapun ucapan yang keluar dari bibir dokter pujaannya itu.
Hal tersebut membuat Fani jengah akan tetapi ia tahan sebab tatapan pria itu selalu membuatnya tidak bisa berkutik dan akhirnya dia hanya bergerak tidak nyaman di tempatmya.
Farid yang melihat Fani sejak tadi bergerak gelisah ditempatnya masih sibuk sendiri meruntuki kebodohannya. Jujur saja ia tidak bermaksud mengajak gadis itu berbicara, toh ia tidak tau ia akan mengucapkan apa dengan gadis itu. Tapi ketika melihat wajah sendu Fani saat mulutnya mengucapkan kata kasar membuat dadanya seketika sesak dan tangannya bergerak sendiri untuk mencekal tangan gadis itu untuk tetap berada di sampingnya dengan alibi ia ingin berbicara. Lagipula demi tuhan dia tidak bermaksud untuk melukai gadis itu dengan perkataannya.
Stupid farid! Jadi apa sekarang????....
Farid menyumpahi diri sendiri meruntuki kebodohannya.Kriukk... Kriukkk......
Fani seketika membulatkan matanya saat mendengar bunyi terkutuk dari perutnya. Ya tuhan.. Fani tidak dapat lagi menahan rasa malunya. Wajahnya sudah berubah merah apalagi saat melihat sudut bibir Farid yang melengkung mengejek kearahnya. Rasanya ia ingin menenggelamkan diri di Danau Toba atau menembus bukit tertinggi Merapi dan melompat ke kawahnya.
"Sepertinya Perutmu Meminta makan. Bunyinya seperti menyindir saya sebagai tuan rumah"
Fani meringis mendengar sindiran halus dokter Farid. Kapan ia bisa bertingkah normal di depan pria ini? Sepertinya sejak pertemuan mereka tak sedikitpun Fani dapat menjadi gadis yang benar - benar anggun di depannya seperti ketika bersama pria pria lain yang baru mengenalnya.
"Saya Tadi memasak omelate di dapur. Mungkin sudah dingin karna seseorang yang tidur tak kenal waktu"
Kembali Fani mendengar nada menyindir dari mulut manis pria terhormat di depannya itu. Fine.. Fani berusaha tidak mengubris dan berjalan kearah dapur meski ia tau bahwa pria itu menyinggung kelakuannya yang bagun kesiangan dan mengatainya bibi tadi.
Tidak tau saja kalau Fani sakit kepala akibat vodka yang diberikan si brensek argan semalam dan Fani tidak akan melepaskan pria itu begitu saja setelah ini.
Oh Tidak....
Mampus!Fani mendesah keras dan menghentikan langkahnya menuju meja makan Farid saat menyadari sesuatu. Ia lupa mengabari masnya dan kedua sahabatnya. Pasti mereka sedang khawatir sekarang. secepat kilat Fani kembali ke ruang tamu tempat Farid sebelumnya dan mendapati pria itu masih duduk disana dengan ponsel yang berada di tangannya.
Fani menghembuskan nafasnya pelan dan menghilangkan geroginya melihat Farid saat ini yang tiga kali lipat lebih mempesona dari biasanya. Kapan jantungnya bisa berdetak normal ketika berurusan dengan pria itu?
"Dokter.. "
Farid mengangkat wajahnya saat mendengar suara gadis itu memanggilnya. Ia fikir gadis itu sedang sarapan. Atau mungkin sudah selesai? Farid mengerutkan keningnya bermaksud menanyakan ada apa dengan gadis itu memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step By Doctor
RomantizmAda hal yang membuat kita belajar bahwa untuk mendapatkannya butuh banyak kesabaran dan perjuangan. Dia Cinta! **** Fanita Kusuma Widjaya, kehidupan bak princessnya membuat apa yang dia inginkan satu menit yang lalu akan terkabul satu menit kemudia...