37 - Dua Pilihan

2.3K 110 7
                                    

Jangan lupa vote, komen dan support my storry 😇

.

Happy reading guys! 🙋

-----



"Permisi Mbak. Mbak di panggil Eyang untuk makan malam"

Fani tak bergeming. Ia masih fokus pada gelapnya malam. Seolah langit tak berbintang di atas sana begitu manarik perhatiannya. Bik Sarti sudah lebih dari lima kali mengatakan maksudnya tapi respon Fani tetap sama.

Sejak pulang dari rumah sakit beberapa jam yang lalu, Fani memang terlihat berbeda. Semua pelayan di rumah Eyang ketar ketir dibuatnya, bagaimana tidak kalau sang majikan yang biasanya paling cerewet dan aktif kali ini Hanya menyendiri di kamar dan bengong hingga Sarti dan lainnya berfikir mungkin Fani masih kurang enak badan.

"Mbak Fani... "

"Eh?" akhirnya Fani menoleh, Sarti menghembuskan nafasnya lega.

"Kenapa bik?" tanya Fani.

"Itu mbaknya ditunggu Eyang di meja makan"

Fani mengangguk dan menyuruh bik Sarti turun lebih dulu, setelahnya ia akan menyusul untuk makan malam dengan kelaurga besarnya.

Setelah memastikan penampilannya sedikit lebih baik, Fani berjalan menuju ruang makan kelaurganya.

Semua orang sudah menunggunya, Eyang dan seluruh keluarga Widjaya. Fani memang tak menceritakan apa apa kepada Eyang tentang kejadian siang tadi. Fani diam, ia hanya meminta kepada Eyang untuk membawanya pulang kerumah, ia tak sanggup lagi berada di rumah sakit.

Setiap jengkal sudut rumah sakit seperti menampakkan bayangan Farid disana. Dan Eyangnya menyanggupi, Mungkin karna kodisi Fani yang tidak lagi kondusif siang tadi. Eyang bahkan tak bertanya apa-apa saat memerintahkan perawat untuk membantunya berkemas.

"Selamat malam sayang. Bagaimana Keadaan mu?"

Pertanyaan pertama itu datang dari Ayah. Fani dapat melihat seluruh keluarganya berada di meja makan, tersenyum menyambut kedatangannya. Bahkan Tante Sofiya ibu dari Leksmana menyambutnya dan memeluknya pelan.

Fani tersenyum, Eyang benar-benar mengabulkan permintannya untuk mengumpulkan semua anggota keluarga Widjaya di meja makan malam ini.

"Fani baik Ayah. seperti yang kalian lihat. "
Jawab Fani penuh keyakinan dan langsung di sambut dengan cibiran oleh Leksmana.

"Kok Aku liatnya gak gitu ya?" cibir pria itu. Dan langsung di tegur Eyang, membuat Leksmana bungkan di tempatnya.

"Leksmana"

"Ngih Eyang"

Fani terseyum kecut. Selalu saja Leksmana yang paling tau tentangnya. Saat dia bisa mengelabui semua orang tapi Leksmana tidak pernah bisa ia kelabui.

"Duduk Mbak. Makan dulu"

Fani mengangguk, mamanya lalu mengambilkan nasi dan beberapa lauk untuknya. Begitu juga dengan para istri yang mengambilkan makanan untuk para suami setelahnya dilanjutkan dengan makan malam kelaurga yang sudah Fani rencanakan sejak siang tadi.

Fani dapat melihat raut wajah bahagia dari semua anggota keluarganya. Saling bercanda dan melontarkan beberapa lelucon seperti kebiasaan mereka dimeja makan setiap saat.
Fani berdoa dalam hati, semoga kebahagiaan keluarganya tetap seperti ini.

"Oh iya, Ada apa nih Ayah ngumpulin kita malam ini" suara Dimas, ayah dari Satya dan Leksmana membuka percakapan ditengah suara tawa dari kedua anaknya yang menggoda pengantin baru di meja itu.

Step By DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang