7 - Mantra Cinta

3K 129 0
                                    

Happy reading...

****



Setelah waktu menunjukan pukul dua siang. Fani yang masih berada di kamar Eyangnya meminta izin keluar untuk bertemu dengan dokter farid.

Tentu saja dengan alibi fani ingin mensterilkan lututnya bersama dokter farid. Padahal kan ada maskud lain.

Hust... Misi rahasia fani kan membuat dokter farid jatuh cinta.

Sesampainya diruangan dokter farid. Tanpa dipersilahkan fani masuk dan langsung duduk di kursi depan meja kerja dokter tampan tersebut.

Fani yang sudah berusaha mencari perhatian disana nyatanya tak membuat perhatian dokter farid beralih kepadanya.

Dokter dingin itu tetap fokus pada kertas yang dibacanya. Seakan kertas lebih menarik dari pada fani yang 17 kali syantik itu.

Fani yang sedari tadi merasa bosan dengan kebisuan diantara mereka, maksudnya dokter farid yang mendiamkan fani.

Bayangkan saja, fani sudah hampir 30 menit duduk didepannya dan dokter itu masih mengabaikan nya.

Ck.. Aneh!  Untung sayang, unchh.....
Fikir fani.

"Cewek tadi siapa?" Tanya fani to the poin memecah keheningan setelah lama mereka saling diam dalam ruangan itu.

"Bukan urusan kamu!" Jawab farid datar terkesan sinis sambil membuka lembar demi lembar laporan perkembangan pasiennya.

"Fani kan pasien dokter!" jawab fani dengan polos tapi penuh percaya diri seakan status pasien mampu mengalakan status seorang istri dan membuat kepala dokter farid yang dari tadi menunduk refleks mendongak. Senyum miring meremehkan tercetak jelas diwajah tampannya.

"Pasien tidak perlu tau urusan pribadi dokternya!" jadwab farid meremehkan dengan menekankan kata pasien dan dokter didalamnya.

"Tapi Fani beda. Fani suka sama Dokter!" ucap Fani santai membuat dokter farid kaget dengan perkataan fani. Sungguh lelucon yang tidak masuk akal menurutnya.

"Kamu jangan bercanda.."

"Fani Serius. Fani suka sama dokter dan fani mau dokter jadi masa depan fani, ei..  Maksudnya pacarnya fani! " Kata fani dengan angkuhnya memotong perkataan dokter farid dan dengan nada yang terkesan memerintah.

"Waktunya lepas perban kaki" Kata farid mengalihkan pembicaraan.

Meletakkan kertas yang sedari tadi dibaca sambil berdiri dari duduknya.

"Fani gak mau. Fani mau jawaban Dokter" Kata fani masih menuntut.

"Saya periksa atau kamu keluar dari sini" kata farid dingin dan sinis melawan ucapan fani yang sudah ngelantur kemana - mana itu.

Fani yang diperlakukan seperti itu langsung saja menurut sebelum dokter farid benar benar mengusirnya dari ruangan itu.

Dengan setengah hati dia naik keatas brangkar yang ada di ruangan dokter farid. Mendudukkan pantatnya diatas brangkar dan membiarkan kedua kakinya menjuntai kebawah dan menggoyang - goyangkannya.

Farid yang melihat tingkah kekanakan dari fani tersenyum miring, menatap mencemooh sikap anak itu yang dirasanya kurang sopan tadi sambil mempersiapkan peralatan yang digunakannya untuk luka lecet fani yang dengan lebay nya harus di sterilkan oleh dokter jantung seperti nya. Sungguh membuang buang waktu!

Ahh.. Atau mingkin jantung fani sudah berada di lututnya sehingga lututnya lecet seakan dia terkena serangan jantung dan harus diberi perhatian ekstra.
Dasar gadis kecil yang manja!

Step By DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang