9 - Bad Day

3K 127 1
                                    

Happy reading!!



******


Setelah kejadian di cafe pagi tadi yang membuat pagi farid rusuh. Benar saja senin pagi farid suram. Tidak ayal suster elsa pun terkena bongkahan kekesalan farid.

Suster elsa yang harusnya pagi ini menemani dokter farid visit ke ruangan VVIP seperti biasanya menjadi sangat malas melihat mood sang dokter yang tidak sedang dalam mode on.

Salah sedikit saja ranjau dalam kepala sang dokter akan meledak dan suster elsa yang akan terkena ledakannya.

Bagaimana tidak, pagi tadi saat ditanyaa siapa yang akan di visit terlebih dahulu dan suster elsa lupa menaruh catatan daftar pasien nya dimana terkena marah dari dokter farid.

Sebenarnya suster elsa pun sudah memprediksi bahwa mood sang dokter dalam keadaan buruk pasalnya sejak melangkahkan kaki masuk Ke lobi WHC wajah dingin dokter farid 3 kali lipat lebih dingin dari pagi biasannya.

And see beginilah jadinya visit dengan bongkahan es yang siap meledak.

"Bagainana keadaan ibu berta pagi ini?"

Suara dokter farid mengawali perkataan manisnya pagi ini saat memeriksa keadaan pasien pertamanya membuat suster elsa berdecak kecil dibelakangnya.

"Puji tuhan sudah lebih baik dokter"

"Baguslah. Tapi jahitan ibu harus kering dulu ya. Sebaiknya ibu jangan terlalu banyak bergerak"

"Baik dokter. Terimakasih"

Setelah farid memeriksa keadaan ibu berta yang baru selesai di operasi, ia kelaur dari ruangan VIP 2 menuju ruangan VVIP 1, ruangan istri pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.

Tok.. Tok.. Tok..

"Selamat Pagi ibu Kusuma Widjaya, bagaimana perasaan anda pagi ini? Masih ada keluhan"

"Saya merasa lebih baik dari sebelumnya dokter"

Farid lalu menyeluarkan stetoskop dari kantung snelinya lalu mulai memasangkan ketelinganya untuk memeriksa keadaan eyang putri Ambar lalu dilanjutkan dengan memeriksa tekanan darah dengan wajah yang masih datar hanya saja nada suaranya terdengar lebih lembut kepada pasien.

"Bagaimana keadaan istri saya dokter?..."

Suara eyang kakung terdengar bertanya setelah sejak tadi hanya diam mengamati istrinya diperiksa oleh dokter.

"Semuanya sudah baik baik saja pak. Ibu sudah diperbolehkan pulang hari ini. Dengan catatan Obat yang saya berikan pada nanti harus rutin diminum"

Farid mulai mencatat sesuatu pada selembar kertas yaitu resep obat untuk eyang putri ambar.

"Dek.. Denger kata dokter, obatnya wes diminum nanti, ojo males"

Kakung menghampiri ranjang rawat eyang putri dan mengusap tangan eyang putri yang di plester bekas pemasangan selang infus dan membuat suster elsa yang membereskan peralatan nya senyum sendiri melihat ke romantisan pemilik rumah sakit tempatnya bekerja tanpa memandang umur.
Sangat manis.

Sebenarnya Kakung masih sangat hawatir dengan keadaan istrinya, pasalnya seharusnya sekitar seminggu yang lalu kata dokter eyang putri sudah diperbolehkan pulang setelah suntikannya selesai tapi beberapa hari yang lalu kesehatan eyang putri kembali menurung jadilah masa opname dan perawatan eyang putri di tambah, itupun atas paksaan eyang kakung dan anak anaknya.

"Iyo mas. Semoga jantungku tahan dengar teriakan Fani dirumah...

"KAKUNG........ "

Suara pintu yang terbuka bersamaan dengan suara melengking seseorang membuat perkataan eyang putri terpotong dan refleks menutup telinganya bersama suster elsa sementara farid hanya meringis mendengar nya.

Step By DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang