16 - Rencana Pesta

2.8K 109 0
                                    

Setelah makan siang berdua yang menurut Fani sangat spesial meski menurut seorang Farid sangat terpaksa dan terkesan menyebalkan, Farid mengantarkan Fani kembali ke RS untuk mengambil mobilnya tentu saja dengan paksaan dari Fani, karena kalau maunya Farid sih ya lebih baik dia pura - pura lupa kalau datang bersama Fani dan kembali ke WHC meninggalkan gadis itu sendiri.

Jahatnya!...
Haha tentu saja itu hanya dalam angan - angan nya saja. Nyatanya Fani sekarang berada di mobilnya sambil mengoceh yang menurut Farid sangat unfaedah.

"Jadi Dok kata Hani ama Sintia, Fani aneh hari ini. Padahal Fani ngerasa biasa aja ko, masih cantik, masih imut dan masih sayang sama Dokter"

Kata Fani tanpa rasa malu sedikitpun kepada pria dewasa di sampingnya. Sementara Farid yang mendengar itu tidak peduli dengan ocehan Fani. Lagi pula Farid setuju dengan teman gadis itu yang mengatakan kalau Fani aneh. Nyatanya memang gadis itu gadis ter aneh yang pernah ia temui.

"Dok.. Dokter denger gak sih Fani cerita" merasa tak mendapat tanggapan dari Farid, Fani berucap sambil menusuk nusuk bahu pria itu dengan jari telunjuknya.

"Saya sedang menyetir"

Yatuhan gue juga tau! Mana bisa mobil ini gerak kalau si doi gak nyetir. Geram Fani dalam hati mendapati respon singkat Farid, Tanpa menoleh pula.

"Huft.. Fani juga tau Dokter. Yaudah deh"
kesal Fani dan menyadarkan punggungnya kasar kesandaran jok dan meminum air mineralnya dengan kesal.
Kali aja air bisa meredahkan api dalam otaknya karna Farid. Huft untung sayang!

Mobil sampai pada besment rumah sakit dan setelah Farid memastikan Fani turung dan menuju mobilnya dia kembali ke ruangannya untuk bekerja.

Tentu saja tidak mudah untuk lolos begitu saja dari seorang Fanita, Farid harus mendengar ocehan gadis itu sebelum benar - benar masuk ke mobilnya.

Bukan apanya Farid rela telinganya panas mendengar ocehan Fani, Farid yang terakhir bersamanya kalau ada apa - apa dengan gadis itu Farid juga yang kena masalah.

Belum lagi tidak bisa dipungkiri kalau Fanita adalah cucu dari pemilik Rumah Sakit tempatnya bekerja. Ya hanya itu saja yang menjadi bahan pertimbangan nya.

Haha Yakin hanya itu Farid?

****

Fani berjalan menuju kamarnya sambil memperhatikan ponselnya menunggu pesannya dibalas Farid setelah ia mengirim pesan kalau ia sudah sampai dengan selamat di rumah. Ya bukan apanya sih barangkali Farid mencemaskannya kan.
Hehe ngarep!

"Fani"...

Suara bariton yang sangat khas menginterupsi langkah Fani menuju tangga penghubung ke lantai 2 pada rumah mewah itu. Setelah berbalik ternyata Eyang Kakung dan Eyang Putri sudah berada di ruang keluarga dan memanggilnya.

Saking seriusnya berjalan Fani jadi tidak sadar kalau Kakung dan Utinya berada di ruang keluarga. Tanpa fikir panjang Fani bergegas menghampiri keduanya dan mencium tangan beliau satu persatu.

"Dari mana Yu? Ko pulangnya sorean?" Eyang Putri bertanya. Uti memang suka memanggil Fani dengan sebutan Cah Ayu ketimbang menggunakan nama jadilah ia sering memanggil Fani dengan sebutan Yu, kecuali saat sedang kesal tentunya. Berbeda dengan Eyang Kakung yang terbiasa memanggil Fanita dengan sebutan Fani sebab nama itu dia sendiri yang memilihnya. Dan setelah Fani menyapa keduanya, ia duduk manis pada single sofa disamping kanang Eyang Kakung.

"Tadi mampir makan siang dulu Uti ama temen"

"Temen apa temen?" Kakung bertanya sambil menggoda.

"Temen Otw jadi temen Eyang wkwk" sifat jahil Fani kembali mendominasi. Uti dan Kakung yang mendengar itu hanya bisa geleng - geleng kepala.

"Temenmu kan banyak Yu. Mang Sinep aja temenmu kan?" Uti kembali berbicara sambil menyesap tehnya.

Step By DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang