Alexa berhenti melangkah dan membeku di tempatnya berdiri. Jantungnya berdegup kencang saat mendengar ucapan Kevin yang sulit diterima oleh akal sehatnya.
Alexa menunggu Kevin berbicara lagi, tapi lelaki itu tak kunjung melanjutkan ucapannya dan malah memandang setangkai bunga mawar yang masih berada dalam genggamannya.
Alexa berbalik sembari tersenyum miris, "kau bercanda. Aku sedang tidak ingin bercanda, Kevin."
Kevin menatap Alexa. Sorot matanya memancarkan kesedihan yang teramat mendalam. Penuh keputusasaan. Wajah Alexa pias seketika melihat sorot mata berbeda dari Kevin. Entah mengapa Alexa merasa tidak asing menatap mata Kevin dalam jangka waktu selama ini.
Mereka diam, tetapi saling beradu tatap. Tatapan itu seolah membungkam bibir Alexa dan meluruhkan segala kalimat yang hendak keluar lewat bibir gadis itu.
"Ada apa? Bukankah mata ini membuatmu merasakan sesuatu?" Kevin menaikkan sebelah alisnya. Lelaki itu mulai melangkahkan kaki mendekati Alexa.
Alexa merasa dirinya sudah seperti orang bodoh yang kehilangan akal. Alexa bahkan tidak bergerak sedikitpun meski jarak wajahnya dengan wajah Kevin tersisa beberapa centi saja. Mata mereka masih saling bertaut.
Alexa tidak bisa mengerjap ketika hidungnya menangkap aroma yang sama seperti kejadian semalam. Aroma yang sangat memabukkan dari Kevin.
Perlahan-lahan Kevin menyingkirkan sehelai rambut yang mengganggu wajah Alexa. Kevin kesulitan bernafas melihat kecantikan gadis di hadapannya yang tak pernah luntur.
"Setelah ku hitung, nama Alexa adalah reinkarnasi ketiga. Pertama kali kita bertemu, namamu adalah Sara. Reinkarnasi pertama namamu Talia, kemudian yang kedua adalah Merina, lalu ini yang ketiga, yaitu Alexa. Kau orang yang sama seperti dulu saat kita pertama kali berjumpa. Tatapan matamu yang selalu menarik perhatianku. Wajahmu yang cantiknya tak pernah luntur. Aku tahu itu kau. Sara ku tercinta. Cinta yang berhasil membuat hatiku tak pernah merasa putus asa untuk terus berharap bahwa masih ada kesempatan."
Kevin terpejam dan menghela nafas. Dia sudah cukup banyak berbicara tentang masa lalunya yang kemungkinan akan terjadi lagi.
Alexa mengerjap. Gadis itu menelan salivanya selagi masih ada kesempatan, "jadi, aku mengenalmu?"
"Seharusnya kau mengenalku. Tapi, reinkarnasi membuat dirimu terlahir berulang kali tanpa ingat siapa diriku padahal selama tiga kehidupan, kita selalu bertemu. Selalu seperti ini. Entah dimanapun kita berada, pasti kita di pertemukan. Namun..."
Kevin menggantungkan ucapannya. Lelaki itu menatap ke arah lain. Enggan untuk menatap mata Alexa yang menunggu penjelasan selanjutnya.
"Namun apa?"
"Tidak pernah berakhir bagus. Kau selalu mati di tangan Sorensen. Karena kau istimewa meski sudah mengalami tiga kali reinkarnasi."
"Apa istimewanya diriku? Aku masih tidak mengerti, Kevin." Bisik Alexa parau.
"Kau belum siap mengetahui siapa dirimu."
Alexa mengerjap. Sorot matanya memohon kepada Kevin untuk menjelaskan secara keseluruhan. Namun, Kevin segera berpaling, lalu berbalik badan dan meninggalkan Alexa yang masih berdiri di tempat tanpa bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Blood
FantasyKehidupan Alexa sudah tidak normal sejak ia lahir ke dunia ini. Dia memiliki sebuah 'kelainan' yang sulit di ungkap dan di kendalikan oleh siapapun. 'Kelainan' yang dimilikinya itu di anggap sebagai penyakit yang dideritanya sejak lahir ke dunia ini...