[FINAL CHAPT]

2K 157 35
                                    

Cahaya matahari menyelimuti kota tempat dimana saat ini keadaan masih lah sempurna. Kehidupan terus berlanjut dan melangkah ke depan, bukan kembali ke belakang. Apa yang telah terlewat pastilah menyimpan begitu banyak luka. Namun, kita tidak pernah tahu apa yang ada jauh di depan sana, bukan? Kita tidak akan pernah bisa menebak-nebak masa depan.

Sudah hampir sepuluh bulan berlalu sejak kejadian di hutan All Blood waktu itu. Sebuah peristiwa yang membekas di dalam hati Alexa. Wajah monster-monster bahkan wajah tampan seorang Kevin masih melekat di dalam ingatannya dan tidak akan pernah memudar seiring berjalannya waktu. Rasa sakit yang pernah ia rasakan akibat kekuatan yang bukan berasal dari dunia ini pun terkadang masih membuat Alexa berjengit ngeri saat memikirkannya. Ada sedikit trauma yang melekat di tubuhnya. Namun, hari terus berganti. Sesuai perjalanan hidupnya, kini Alexa memutuskan untuk kembali ke kota tempat ia berasal.

Di sana, tepatnya di alun-alun kota, Alexa membuka sebuah toko bunga yang dulu pernah ibunya rencanakan. Alexa masih belum berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya. Saat ini baginya adalah menjalani apa yang ada di depan mata. Cukup itu, sebelum melangkah ke jenjang selanjutnya.

Sesekali, ketika sepasang matanya memandang keluar kaca besar toko bunga miliknya, seringkali Alexa berharap ada sosok lelaki bertubuh ramping dan rambut pirang berdiri di seberang jalan. Menghadap--menatap ke dalam dan akhirnya pandangan mereka saling bertubrukan. Alexa merindukan senyum manis sosok lelaki itu. Alexa juga merindukan aroma tubuh Kevin yang amat-sangat memabukkan.

Alexa merindukan segalanya. Dia ingin semua kembali seperti semula, tapi Alexa bahkan tak tahu alasan Kevin pergi meninggalkannya begitu saja. Tetapi yang jelas, di dalam lubuk hati Alexa yang paling dalam, ia yakin kalau Kevin melakukan ini demi kebaikannya dan pasti akan kembali kepadanya.

"Alexa?"

Alexa menolehkan kepala ketika pintu toko terbuka dan menimbulkan efek bunyi lonceng yang lembut. Gadis itu terlalu sibuk berdiri di depan kaca dengan tangan kanannya yang menggenggam satu ikat bunga mawar merah. Sudut bibir Alexa tertarik membentuk senyuman tipis ketika sosok yang memanggilnya barusan adalah Luna. Luna yang awalnya melindunginya, namun bertahan menjadi sahabat terbaik Alexa.

Luna tersenyum hangat sambil menghampiri Alexa yang hanya menatapnya sekilas sambil tersenyum, tapi kemudian kembali memandang keluar. Luna ikut berdiri di samping Alexa dan menatap ke arah yang Alexa tatap saat ini, lalu beralih memandangi wajah gadis itu dari samping. Terlihat tenang dan datar tanpa ekspresi. Begitulah yang terjadi setiap paginya. Setiap hari, setiap kali Luna datang untuk membantunya menjaga toko bunga, selalu ekspresi itu yang ditunjukkan oleh Alexa. Berdiri di tempat yang sama dengan posisi yang sama pula. Membuat Luna lama-kelamaan merasa kasihan sekaligus sedih.

Luna merangkul pundak Alexa dan mengusap pundak gadis itu seraya tersenyum. "Kau melihat apa?"

Luna sudah lama sekali ingin menanyakan alasan mengapa Alexa selalu berdiri di tempat yang sama setiap paginya.

Alexa menghela nafas panjang. "Aku tidak melihat apa-apa, tetapi berharap."

Luna sebenarnya tahu apa yang saat ini Alexa harapkan dengan melihat keluar sana. "Apa yang kau harapkan?" Tanya Luna pelan.

"Berharap Kevin ada di sana. Melihatku dari kejauhan dan mata kami saling bertemu."

Jawaban Alexa membuktikan bahwa gadis itu benar-benar merindukan sosok Kevin. Waktu telah lama berlalu, namun Alexa masih berdiri dan bertumpu pada titik yang sama. Masih tetap menginginkan Kevin untuk kembali.

Luna tersenyum lembut, mengangguk perlahan. Dia memutuskan sudah waktunya untuk memberitahukan segalanya tentang apa yang direncanakan Kevin pada saat mereka berada di gua keramat. Akan tetapi, Luna menunggu tiga orang lelaki yang seharusnya datang hari ini untuk menghibur Alexa seperti biasanya.

All BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang