Chapt. 29

1K 111 0
                                    

Sementara itu keadaan Luna, Brian, Dylan, dan Kevin tidaklah membaik. Mereka di serang sesuatu yang tidak terlihat oleh mata. Tiba-tiba saat Kevin membuka mata, semuanya menjadi terbalik. Kevin menggerakan kepalanya, menelengkan kepalanya, dan baru menyadari kalau kedua tangan dan kakinya terikat. Tubuhnya di gantung terbalik. Begitupula dengan teman-temannya. Luna terlihat belum sadarkan diri, sedangkan Brian dan Dylan berusaha untuk membuka kedua mata mereka.

Kevin mencari keberadaan Alexa dan juga Will yang tidak ada.

"Di mana Will?" Brian bersuara.

"Bagaimana dengan Alexa?" Tukas Dylan.

"Mereka tidak ada di sini." Kata Kevin.

Luna mengerang. Dan di saat itu pula Luna membelalakkan kedua matanya. Lalu, dia meringis ketika merasakan kepala bagian belakangnya berdenyut. "Sepertinya aku di pukul terlalu keras."

"Makhluk apa yang menyerang kita?" Tanya Brian.

Kevin menggelengkan kepalanya. "Aku sama sekali tidak tahu."

Krek... krek...

Terdengar deritan seperti tulang-belulang yang saling bertubrukan. Suara itu menggema di ruangan seperti lubang neraka ini. Suara itu tentu saja menyita pandangan empat orang yang kini tubuhnya digantung terbalik.

Wajah mereka semua tegang, kecuali Dylan dan Kevin. Kevin terlihat biasa saja, tapi waspada. Sementara Dylan memilih untuk berkomat-kamit sambil memejamkan mata dengan alis yang mengerut.

"Dè Angél..."

Desisan itu sangatlah memekakkan telinga. Desisan serak yang tak terlihat dari mana asalnya itu berbicara dalam bahasa lain. Membuat Kevin mencari-cari keberadaannya. Tempat itu gelap. Hanya ada dua obor yang bertengger di tembok batu tempat mereka terikat.

Tidak ada cahaya.

Di penuhi kegelapan...

Seketika itu pula Kevin tahu makhluk apa yang bersarang di tempat gelap seperti ini. Terlebih lagi dia mengucapkan kata 'angél' yang artinya malaikat. Siapa pun makhluk itu, dia tahu kalau Kevin dan yang lainnya adalah malaikat.

"Kalian dengar itu?" Bisik Brian nyaris kehilangan suaranya.

"Kita harus melepaskan diri. Kita harus pergi dari sini!" Ucap Kevin yang langsung mengambil keputuasan akhir. Lelaki itu menggerak-ngerakkan pinggulnya--berharap caranya itu dapat berhasil dan membuat belati di dalam sarung di daerah pinggangnya terjatuh.

Dan sepertinya dewi fortuna sedang berpihak kepada Kevin. Bertepatan dengan belati yang terjatuh dari sarungnya itu, Kevin segera menangkapnya dengan cara menggigit gagang belati tersebut.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Luna yang melihat Kevin mengayunkan tubuhnya.

"Sial. Dia mau berimprovisasi!" Cicit Brian.

Nafas Kevin terlihat memburu. Dia merasa sangat bersemangat untuk melakukan aksi yang seharusnya tak ia lakukan. Dalam sekali ayunan keras, Kevin membengkokkan punggungnya sehingga kepalanya bisa mencapai ke arah tali yang melilit kakinya di atas, kemudian Kevin menggerakkan kepalanya yang spontan membuat belati tersebut memotong tali dalam sekali tebasan.

Tubuh Kevin melayang ke darat dan bertubrukan langsung dengan tanah. Kevin meringis. Sungguh. Dia merasa tulangnya berbunyi atau mungkin retak dan bergeser. Kentara sekali terasa di tubuhnya efek dari perubahannya menjadi manusia. Kevin mengerang tertahan. Dia berusaha sekuat mungkin melawan rasa sakit tersebut.

"Oh sial!" Bisik Brian melihat sahabatnya terpental jauh di bawah sana, "kau baik-baik saja, kawan?"

Kevin berusaha untuk bangkit dan melepas lilitan tali yang mengikat kedua pergelangan tangannya. Dia menghembuskan nafas pendek dan cepat. Untuk beberapa saat keadaan kembali sunyi hingga akhirnya Kevin bangkit dan mencari cara untuk melepaskan ikatan tiga sahabatnya yang masih bergantung terbalik.

All BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang