Chapt. 12

1.8K 194 9
                                    

"Alexa, kau bisa mendengar suaraku?"

Hal pertama yang Alexa rasakan adalah sentuhan pada pipi dan keningnya. Nafas Alexa naik-turun dengan sangat tenang. Matanya belum mau terbuka, tetapi hidungnya menangkap aroma obat-obatan. Terdengar pula samar-samar suara Dokter James memanggil namanya berulang kali.

Perlahan-lahan Alexa membuka kedua matanya. Awalnya dia hanya melihat langit-langit ruangan berwarna putih, tetapi sangat buram. Namun, wajah seseorang terlihat sangat jelas di hadapan Alexa yang saat ini terbaring. Tubuhnya lemas dan masih terasa sedikit sakit pada bagian kepala.

Alexa menelan salivanya susah payah akibat tenggorokannya yang terasa sangat kering. Alexa juga bisa merasakan bibirnya yang bergesek satu sama lain, tetapi terasa kasar. Bibirnya kering seperti tak tersentuh air sedikitpun.

"Aku..."

"Jangan berbicara, Alexa. Cukup anggukan kepalamu. Apa kau mendengarku?" Wajah Dokter James kini terlihat sangat jelas. Pria itu terlihat konsentrasi terhadap dirinya.

Alexa terpejam untuk menahan nafas sesaat, lalu menganggukkan kepalanya perlahan.

"Bagus. Aku harus memasang infus," ujar Dokter James.

Tak lama setelah itu, Alexa merasakan sesuatu menusuk urat nadinya. Cepat dan tak terasa sakit.

"Dokter..."

"Kau baik-baik saja, Alexa. Jangan khawatirkan dirimu. Istirahatlah." Dokter James tersenyum sembari mengusap rambut Alexa.

Alexa kembali terpejam. Dia tertidur sangat nyenyak untuk beberapa saat. Namun, bagaimanapun juga Alexa akan tetap mengalami mimpi buruk itu.

Tapi, kali ini adalah mimpi buruk yang terburuk dari yang pernah gadis itu alami. Mimpi yang begitu nyata.

~<>~

Alexa membuka kedua matanya perlahan. Tidak ada aroma obat-obatan yang memenuhi rongga hidungnya dan terdengar sangat sunyi. Tidak seperti sebelum dia tertidur di ruangan berdominasi warna putih tersebut. Alexa bahkan mampu membuka kedua matanya lebar-lebar--seperti normal kembali. Hal pertama yang gadis itu periksa adalah selang infus yang bahkan tidak ada di dekatnya.

Bukankah tadi Dokter James sudah memasang infus di punggung tangan kirinya? Alexa merasakan sensasi seperti di gigit semut tepat setelah Dokter James menusukkan jarum infus ke punggung tangannya.

Alexa mengernyit. Kali ini kerutan di keningnya semakin bertambah karena pandangannya menatap sekitar yang kosong. Tidak ada lemari obat, barang-barang kesehatan, dan tidak terdapat kursi ataupun meja. Hanya ada jendela yang terbuka lebar, namun berwarna putih bersih seolah jendela itu tidak menyajikan pemandangan khas halaman Axe and Sword High School seperti pada normalnya.

Di saat itulah Alexa merasa dirinya kembali terjerat dalam sebuah mimpi. Namun, kali ini bukanlah mimpi yang dibuat oleh Kevin. Sepertinya ini mimpinya sendiri. Terasa aneh dan sangat mustahil meski saat ini dirinya berada di ruang perawatan Dokter James.

Alexa menyibak selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Perlahan-lahan gadis itu turun dari kasur dan hendak melangkah, tetapi dia tak melihat pintu. Semuanya dinding. Dinding bercat putih bersih.

"Belum berakhir sampai di sini."

Alexa tertegun mendengar suara bariton seorang lelaki dari arah belakangnya. Suara itu terdengar sangat dekat seolah siapa pun itu sudah berdiri tepat di belakangnya.

All BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang